Aksi licik pengusaha atau produsen Minyakita yang mengurangi isi takaran menuai kecaman luas masyarakat. Tindakan itu sangat merugikan masyarakat, terlebih harga jualnya juga jauh di atas HET yang ditetapkan pemerintah.
Kecaman juga datang dari Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) sekaligus mantan Ketun PBNU, Said Aqil Siroj. Dia mengutuk praktik pengurangan takaran Minyakita. Baginya pelaku pengurangan takaran itu sebagai penghianat bangsa Indonesia.
Kegeraman Kiai Said disampaikan di depan Dubes Tiongkok untuk Indonesia Wang Lutong dalam tadarus futuristik persahabatan Indonesia-Tiongkok di Jakarta pada Jumat (14/3) malam. Kiai Said mengatakan, secara hukum negara maupun hukum Islam, pengurangan timbangan tidak boleh dilakukan.
Dia mengatakan dalam berbisnis harus menjunjung tinggi kejujuran. “Tidak boleh ada kecurangan-kecurangan,” kata dia.
Mengurangi takaran Minyakita yang seharusnya satu liter menjadi 700 mililiter atau 800 mililiter atau sebagainya, tidak boleh dilakukan. Ketika tertera satu liter, maka isinya harus satu liter.
Kiai Said menegakkan rasa keprihatinannya dan kekecewaannya yang mendalam atas fenomena pengurangan takaran Minyakita. Dia juga menyoroti praktik pengoplosan BBM. “Kita beli Pertamax, isinya dioplos,” katanya.
Sama seperti pengurangan takaran Minyakita, praktik pengoplosan BBM juga sebagai penghianat bangsa.
“Kami melihat tindakan tersebut adalah sindikasi jahat yang bergerak sistematis yang sangat merugikan rakyat dan negara,” katanya.
Kiai Said mengatakan kejahatan tersebut tidak boleh di biarkan, karena bagian dari korupsi. Baginya pembiaran terhadap koruptor adalah awal kehancuran negara.
Dalam Kesempatan yang sama Duta Besar Tiongkok Untuk Indonesia Wang Lutong menyampaikan, sekarang saatnya untuk membangkitkan dan memperkuat Kembali Jalur Sutra Indonesia-Tiongkok. Serta menghidupkan Kembali Jalur Sutra Islam di Indonesia dan Islam di Tiongkok.
“Agar dapat menjadi jembatan yang menghubungkan Persahabatan Indonesia, Tiongkok dan dengan Dunia Islam,” katanya.
Dia mengatakan, persahabatan Indonesia-Tiongkok dan Relasinya dengan Dunia Islam, bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Karena keduanya saling melengkapi dan memberi nilai tambah.
Kedepan dengan semakin terkonsolidasikannya jalur diplomasi kultural dan spiritual diharapkan dapat menjadi perekat peradaban Dunia. Sehingga Indonesia dan Tiongkok bisa maju bersama. Sehingga dunia semakin damai dan lebih baik. (Sumber)