Presiden RI Prabowo Subianto menuai kritik tajam usai menyampaikan kesiapan Indonesia untuk mengevakuasi warga Palestina yang menjadi korban agresi Israel. Pernyataan tersebut ia sampaikan saat berada di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Rabu (9/4).
“Kami juga siap menerima korban-korban yang luka-luka dan nanti segera kirim Menteri Luar Negeri untuk diskusi dengan Pemerintah Palestina, dengan pihak daerah tersebut bagaimana pelaksanaanya untuk kami siap evakuasi,” ujar Prabowo.
Namun, pernyataan tersebut menuai sorotan dari sejumlah pihak. Salah satunya datang dari Ahmad Khozinudin, sastrawan politik dan pengamat dunia Islam, yang menyebut langkah Prabowo sebagai bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina.
“Alih-alih mengirimkan kekuatan militer atau menunjukkan sikap tegas terhadap penjajahan Israel, Prabowo justru memilih menawarkan evakuasi. Ini sama saja dengan mempermudah jalan penjajahan zionis atas tanah Palestina,” tegas Ahmad Khozinudin dalam keterangannya kepada Radar Aktual, Kamis (10/4).
Ia menilai sikap Presiden Prabowo sejajar dengan kebijakan sejumlah pemimpin Arab yang dinilainya telah berkompromi dengan kepentingan Israel dan Amerika Serikat. “Apa bedanya Prabowo dengan Al Sisi di Mesir atau Erdogan di Turki? Semua bersikap lunak, bahkan akrab, dengan rezim penjajah. Mereka semua telah berkhianat kepada Palestina, Islam, dan umat muslim,” katanya.
Menurut Ahmad, tawaran evakuasi bukan hanya tidak efektif, tapi juga berbahaya secara ideologis. “Itu bukan solusi. Itu justru memisahkan rakyat Palestina dari tanah mereka sendiri, dari tempat mereka berjuang dengan darah dan nyawa. Mereka tidak minta dievakuasi, mereka ingin dibebaskan,” ujar Ahmad.
Ia juga menuding Prabowo mengikuti agenda Barat, terutama dengan mendukung solusi dua negara. “Kalau Prabowo hidup di masa penjajahan Belanda, mungkin ia akan menawarkan dua negara: satu untuk Indonesia, satu untuk Belanda. Ini logika pengkhianatan yang dibungkus dengan diplomasi,” imbuhnya.
Lebih jauh, Ahmad Khozinudin menyerukan agar umat Islam tidak tinggal diam melihat situasi ini. Ia mengajak umat untuk memperjuangkan sistem politik yang mampu membebaskan Palestina secara nyata.
“Palestina hanya bisa dibebaskan seperti dulu Umar bin Khattab dan Sholahuddin Al-Ayyubi membebaskannya — dengan kekuatan negara Islam yang bersatu. Itu hanya bisa terwujud dengan Khilafah. Maka, solusi sejatinya adalah memperjuangkan Khilafah, bukan mengevakuasi warga dari tanah mereka sendiri,” pungkasnya.