News  

Ustadz Adi Hidayat di Depan Prabowo: Indonesia Emas Takkan Tercapai Tanpa Pangan Kuat

Direktur Quantum Akhyar Institute Ustaz Adi Hidayat (UAH) menyerukan pentingnya kolaborasi nasional dalam membangun ketahanan pangan sebagai pondasi menuju Indonesia Emas 2045. Seruan itu disampaikannya dalam pemaparan peluncuran Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) yang dihadiri Presiden Prabowo Subianto dan sejumlah menteri Kabinet Merah Putih di Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (23/4/2025).

Di awal pidatonya, UAH selaku Inisiator Gerina menyampaikan penghormatan kepada Presiden Prabowo dan jajaran menteri yang hadir, seraya mengajak seluruh peserta untuk mendoakan agar presiden diberi kesehatan dan kekuatan dalam memimpin bangsa.

“Indonesia Emas tidak mungkin tercapai dengan gemilang, kecuali kita memiliki ketahanan pangan yang kuat,” ujarnya dipantau inilah.com dari akun Youtube resmi UAH.

Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu menekankan bahwa ketahanan pangan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan gerakan kolektif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Gerina lahir dari dialog panjang antara kalangan ulama, masyarakat, dan pemerintah, yang dimulai sejak Januari 2025.

Ia menyebut gerakan ini sebagai narasi kebangsaan yang menyatukan energi rakyat dari Aceh hingga Papua.

“Gerakan ini tidak boleh berhenti pada ajakan semata. Maka kami hadirkan instrumen dan bukti nyata. Kami merancang riset, menyusun naskah akademik, dan menguji lahan sulit yang secara ilmiah sebelumnya dianggap mustahil ditanami,” katanya.

UAH juga memperkenalkan konsep “Pupuk Pancasila” sebagai pendekatan simbolis dan spiritual dalam mengolah lahan, menggabungkan nilai-nilai keislaman, kemajemukan, dan sila-sila dalam Pancasila. Ia bahkan menyebutkan bahwa lahan seluas 7.200 m² yang digunakan merupakan hibah dari tokoh ekonomi nasional, Setiawan Ikhlas, untuk riset pangan nasional.

Tak hanya padi, Gerina juga mengembangkan model penanaman terpadu seperti “Si Pung” (Solusi Olah Padi Terapung), yang memungkinkan masyarakat tanpa lahan luas tetap bisa menanam secara vertikal atau di atas kolam.

“Gerakan ini bukan proyek. Ini gerakan hati. Ini jihad produktif,” tegasnya.

Dalam pidato penutupnya, UAH menautkan momentum peluncuran Gerina dengan sejarah tokoh nasional dan Islam, seperti R.A. Kartini dan Nabi Muhammad SAW, yang lahir di bulan April. Ia menegaskan bahwa semangat “Habis Gelap Terbitlah Terang” harus dihidupkan kembali dalam bentuk aksi konkret demi Indonesia yang terang dan berdaulat pangan.

“Mulai hari ini tidak ada lagi gelap. Indonesia akan terang, Indonesia akan bangkit, dan Indonesia akan emas,” seru UAH, menutup pidatonya dengan pekikan: “Indonesia?” yang dijawab hadirin, “Emas!”(Sumber)