Dalam beberapa tahun terakhir, istilah “hijrah” semakin akrab di telinga generasi muda Muslim. Namun, hijrah hari ini tak hanya identik dengan berpindah tempat atau fisik, melainkan juga bermakna perubahan gaya hidup, pola pikir, dan orientasi hidup ke arah yang lebih Islami. Fenomena yang sering kita kenal dengan istilah hijrah digital ini berkembang pesat seiring kemajuan teknologi dan media sosial.
Fenomena Hijrah Digital, Semua Tergantung Niat
Platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram kini menjadi ruang baru bagi para Muslim milenial untuk belajar agama, berdakwah, serta berbagi inspirasi seputar kehidupan Islami. Mulai dari konten kajian online, cerita mualaf, perubahan gaya hidup Islami, hingga tips menjaga akhlak di era digital – semua hadir dalam genggaman tangan.
Fenomena ini menjadi angin segar bagi dakwah Islam. Banyak anak muda yang sebelumnya jauh dari nilai-nilai agama, kini mulai tertarik untuk mengenal Islam lebih dalam melalui tokoh-tokoh hijrah yang relatable dan membumi. Kehadiran figur seperti Gus Baha, Ustadz Hanan Attaki, Ustadz Adi Hidayat, atau bahkan selebriti hijrah seperti Teuku Wisnu dan Oki Setiana Dewi turut memicu gelombang kesadaran spiritual baru di kalangan milenial.
Namun, di balik itu, penting untuk diingat bahwa hijrah bukanlah tren semata. Dalam Islam, hijrah adalah sebuah proses mulai dari niat yang ikhlas. Rasulullah ﷺ bersabda:
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya…” (1)
Hadits ini menjadi landasan utama bahwa setiap langkah hijrah harus dilandasi niat yang tulus untuk mencari ridha Allah, bukan semata karena ikut-ikutan tren atau mengejar popularitas.
Adab dalam Bermedia Sosial
Fenomena hijrah digital juga membawa tantangan baru. Salah satunya adalah munculnya konten dakwah instan yang kadang kurang mendalam atau bahkan tidak memiliki dasar keilmuan yang kuat. Di sinilah peran penting ulama, ustadz, dan lembaga keislaman diperlukan untuk mengawal generasi muda agar tetap berada dalam jalur ilmu yang benar.
Selain itu, adab bermedia sosial juga menjadi perhatian. Sebagai Muslim, kita tidak hanya dituntut untuk tampil Islami, tapi juga berakhlak Islami. Menjaga lisan, tidak saling mencela, serta menyampaikan dakwah dengan kasih sayang adalah bagian dari cerminan iman. Allah SWT berfirman:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik…” (2)
Hijrah dan Istiqomah, Jangan Hanya Sesaat
Singkatnya, hijrah digital harus menjadi langkah menuju perbaikan diri dan perbaikan umat. Media sosial hanyalah sarana, yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakannya untuk memperkuat keimanan, memperbaiki akhlak, dan menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Semoga fenomena ini bukan sekadar euforia sesaat, tapi benar-benar menjadi gerakan perubahan yang membawa generasi muda lebih dekat kepada Allah SWT. Aamiin…