Sejumlah pengendara tak setuju jika jembatan perahu milik Haji Endang di Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Karawang, dibongkar. Jembatan yang berdiri selama 15 tahun itu disebut memberikan manfaat besar bagi para pekerja dan warga sekitarnya.
Salah seorang pengendara, Gelar (22) misalnya, tak menyetujui langkah pemerintah yang berencana membongkar fasilitas penyeberangan ikonik tersebut.
Sebagai pekerja pabrik di salah satu Kawasan Industri Mitra (KIM) di Ciampel, ia mengaku merasa diuntungkan dengan adanya jembatan perahu milik Haji Endang itu.
“Kurang setuju sih, soalnya muternya jauh. Ke sini bisa jadi jalan pintas,” kata dia, Sabtu (3/5).
Pengendara lainnya Yogi Kurnia (24), menegaskan jika jembatan itu harus dibongkar, pemerintah semestinya juga harus menawarkan solusi lain untuk masyarakat.
“Harus ada solusi lain dong, kan yang ngerasain ruginya juga kita-kita,” ucapnya.
Salah seorang petugas jaga jembatan perahu yang enggan disebut namanya, mengaku akan melakukan perlawanan jika BBWS nekat merombak konstruksi jembatan.
“Kita pasti melawan ikut pak haji (Endang),” jelasnya.
Menurutnya, usaha jembatan perahu ini sudah bertahun-tahun mendongkrak hajat hidup warga setempat. Jembatan ini pun, kata dia, mendorong pertumbuhan UMKM warga.
“Ramai gini kan ekonomi warga terbantu, banyak warung-warung. Sekarang kalau ditutup kayak gimana? Mereka mau tanggung jawab?” sesal dia.
Adapun jembatan milik Muhammad Endang Junaedi alias Haji Endang itu dinilai oleh BBWS tak
Jembatan perahu tersebut diketahui sudah beroperasi selama 15 tahun. Dengan tarif Rp 2 ribu sekali melintas, tercatat ada 40 warga yang menggantungkan hidupnya dari jembatan tersebut.
Di sisi lain, Haji Endang, berkukuh tidak mau membongkar jembatan tersebut.
“Ketawa aja, enggak ada kerjaan. Kalau tetap dibongkar masyarakat bertindak di sini, (BBWS) dasarnya apa, kan menghidupi masyarakat sini,” ucapnya.(Sumber)