Reliji  

Tegur Dengan Lembut, Adab Sesama Muslim Saling Mengingatkan

Manusia adalah makhluk yang tidak luput dari kekhilafan. Bahkan orang paling taat sekalipun, bisa saja tergelincir dalam kelalaian. Maka, ketika kita melihat saudara kita lupa atau lalai dari kebaikan, jangan tinggal diam. Karena membiarkannya justru menunjukkan kurangnya perhatian dan kasih sayang.

Menegur dengan Lembut ke Sesama Muslim
Penting untuk saling menegur ke sesame manusia, terlebih sesama muslim, Ketika ada yang berbuat salah.

Rasulullah ﷺ telah bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ
إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ
بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta, kasih sayang, dan empati mereka bagaikan satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakannya dengan demam dan tidak bisa tidur.” (1)

Bayangkan jika satu bagian tubuh kita sakit, kita langsung merespons. Begitulah seharusnya kita terhadap saudara seiman. Jika melihat mereka lalai, kita harus ikut merasa peduli dan ingin menolong mereka kembali ke jalan kebaikan.

Menegur dengan Lembut, Adab Muslim dalam Mengigatkan

Namun, Sobat Cahaya Islam, mengingatkan tidak bisa dilakukan sembarangan. Dibutuhkan kelembutan dan hikmah. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ

“Sesungguhnya kelembutan tidaklah ada pada sesuatu kecuali ia menghiasinya.” (2)

Menegur dengan marah atau mencela justru bisa memperkeruh suasana. Tetapi jika kita bersikap lembut dan penuh pengertian, hati orang yang lupa akan lebih mudah terbuka.

Contoh sederhana, saat kita melihat teman lupa membaca basmalah saat makan, kita bisa dengan santun berkata: “Yuk, kita mulai dengan bismillah.” Kalimat sederhana namun sarat makna, yang mungkin membekas di hatinya.

Mengingatkan Sesama Adalah Tugas Mulia
Sungguh, mengingatkan orang lain adalah tugas mulia. Allah memerintahkan:

فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ الذِّكْرَىٰ

“Maka berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat.” (3)

Namun jika kita memilih diam karena takut tidak enak hati, atau takut kehilangan teman, maka kita perlu bertanya kembali: apakah kita lebih mencintai kenyamanan, atau mencintai saudara kita karena Allah?

Ingat, jika kita membiarkan saudara kita dalam kesalahan, bisa jadi kita ikut menanggung akibatnya jika mampu mengingatkan namun tidak melakukannya. Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ
وَذَٰلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (4)

Jadi, jangan biarkan saudara kita larut dalam kelalaian. Nasihatilah dengan cinta dan doa, sebab siapa tahu, kita adalah perantara hidayah bagi mereka. Dan Allah akan mencatatnya sebagai amal jariyah yang abadi.