Pemain keturunan Indonesia, Tijjani Reijnders menggunakan nama sang ibu yaitu Lekatompessy dalam laga AC Milan vs Bologna.
Pertandingan AC Milan vs Bologna pada Sabtu (10/5/2025) berakhir dengan kemenangan Rossoneri 3-1.
Bologna awalnya bisa unggul lebih dulu berkat gol Riccardo Orsolini.
Akan tetapi, AC Milan membalasnya lewat brace Santiago Gimenez serta satu gol Christian Pulisic.
Dalam pertandingan ini, ada pemandangan unik karena para pemain AC Milan memakai nama yang tampak asing di jersey masing-masing.
Misalnya Christian Pulisic yang menyematkan nama Harlow di jerseynya.
Nah, pemain keturunan Indonesia yang bernama Tijjani Reijnders juga memajang nama marga Maluku, Lekatompessy.
Usut punya usut, hal tersebut karena AC Milan ingin mendedikasikan laga melawan Bologna untuk para ibu sang pemain.
Maka dari itu, nama yang terpajang dalam jersey itu mengambil dari nama belakang sang ibu.
Tak ayal, Tijjani Reijnders menggunakan nama Lekatompessy karena ia merupakan pemain keturunan Indonesia, tepatnya Maluku.
Adapun ini bukan pertama kali gelandang 26 tahun tersebut menggunakan nama sang ibu karena di musim lalu juga sempat melakukan hal sama.
Ibu Tijjani Reijnders sendiri bernama Angelina Lekatompessy yang punya keturunan asli Ambon, Maluku dari ayahnya bernama Etus Leatompessy dan ibu bernama Mimi Lekatompessy.
Apabila ditilik riwayatnya, marga Lekatompessy merupakan warga yang bermuasal dari Negeri Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Pulau Ambon, Provinsi Maluku.
Marga Lekatompessy, sebuah nama yang kental dengan nuansa Maluku, khususnya di Negeri Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Pulau Ambon. Marga ini memiliki sejarah panjang yang terjalin erat dengan kehidupan masyarakat di wilayah tersebut.
Asal-Usul dari Negeri Latuhalat
Marga Lekatompessy, yang berasal dari Kota Ambon, merupakan salah satu marga asli yang turut memperkaya keberagaman budaya di Maluku.
Bersama dengan marga Huwae, marga ini memiliki akar sejarah yang dalam di Negeri Latuhalat, sebuah wilayah yang dikenal akan kekayaan budaya dan cerita rakyatnya yang menarik.
Negeri Latuhalat menyimpan banyak legenda dan mitos, salah satunya yang berhubungan dengan asal-usul marga Lekatompessy.
Meskipun jejak sejarah yang pasti sulit dilacak, cerita-cerita rakyat setempat menyebutkan bahwa marga ini terhubung dengan sejumlah peristiwa penting dalam perjalanan sejarah wilayah tersebut.
Marga Lekatompessy, bagi masyarakat yang menyandangnya, lebih dari sekadar sebuah nama, melainkan sebuah simbol dari nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun.
Identitas marga ini juga memberikan warna dalam perkembangan budaya Maluku.
Tradisi, adat istiadat, dan seni yang ada di Negeri Latuhalat tidak lepas dari pengaruh sejarah panjang marga Lekatompessy.
Sebagai bagian dari khazanah budaya, marga ini turut menyumbang dalam melestarikan warisan leluhur.
Seiring berjalannya waktu, keturunan marga Lekatompessy tersebar jauh hingga ke Belanda.
Mereka termasuk dalam rombongan 6.000 tentara KNIL asal Maluku yang beremigrasi ke Belanda pada masa pasca-perang.
Proses migrasi ini terjadi antara 1951 hingga 1953, ketika gerakan anti-kolonialisme semakin meluas di Indonesia.
Nah, dari peristiwa tersebut, lahirlah keturunan marga Lekatompessy yang dikenal hingga saat ini, termasuk nama-nama seperti Tijjani Reijnders dan Eliano Reijnders.(Sumber)