Agun Tantang Airlangga-Bamsoet Mundur Dari Menteri/MPR Bila Terpilih Ketum Golkar

Partai Golkar mencatatkan capaian kurang memuaskan di Pemilu 2019. Suara dan jumlah kursinya merosot dibandingkan Pileg 2014. Dalam angka, partai beringin itu kehilangan 1.202.523 suara dan 6 kursi DPR pada Pemilu 2019.

Meski secara kursi masih lebih banyak dari Gerindra, namun secara suara, partai yang dinakhodai Airlangga Hartarto itu masih kalah 365.050 suara dibanding partai binaan Prabowo Subianto secara nasional.

Tak hanya tingkat DPR, pada tingkat DPRD juga menurun. Misal di DPRD DKI Jakarta, Golkar hanya mendapat 6 kursi dari semula 9 kursi. Bahkan kini fraksinya digabung dengan PPP yang hanya 1 kursi. Di DKI, Golkar takluk oleh partai pendatang, PSI, yang baru muncul langsung dapat 8 kursi.

Senior Partai Golkar yang kini tak sedang menjabat di partai maupun fraksi, Agun Gunandjar Sudarsa, geleng-geleng melihat capaian Golkar. Agun yang duduk di DPR untuk periode keenam, menilai ketum Golkar tak serius memenangkan Golkar di Pemilu.

“Saya di Golkar berangkat dari awal sampai sekarang 6 periode di DPR, dari tahun 2004 suara Golkar melorot terus,” ucap Agun Gunandjar kepada wartawan, Sabtu (2/11).

Padahal, setiap ketum partai terpilih, janjinya adalah menaikkan suara partai bahkan memenangkan Pemilu. Tapi data berikut menunjukkan mereka abai.
Hasil Pileg 2004
Suara: 24.480.757 (21,58%), kursi: 128 (23,27%)
Hasil Pileg 2009
Suara: 15.037.757 (14,45%), kursi: 107 (19,11%)
Hasil Pileg 2014
Suara: 18.432.312 (14,75%), kursi: 91 (16,2%)
Hasil Pileg 2019
Suara: 17,229,789 (12.31%), kursi: 85 (14,78%)

Menghadapi Munas pada Desember 2019, Agun Gunandjar menantang Airlangga maupun Bamsoet melepas jabatan kenegaraan jika terpilih sebagai ketum Golkar. Airlangga sebagai Menko Perekonomian, dan Bamsoet Ketua MPR.

“Yang terbaik melepaskan jabatan-jabatan kenegaraan. Ketum partai fokus. Maukah Bambang Soesatyo? Maukah Airlangga Hartarto? Syaratnya itu,” ucap politikus asal Jabar itu.

Agun menilai caketum Golkar di Munas kali ini masih terjebak pada peperangan mengejar kekuasaan dengan segala atribut yang bakal didapat. Tak serius memikirkan nasib Golkar. “Kenapa enggak mungkin? Kalau betul-betul mereka sebagai pemimpin partai,” tantang Agun.

Agun membandingkan dengan Presiden PKS Sohibul Iman yang berani mundur dari DPR untuk mengurusi PKS. Hasilnya, suara PKS naik lumayan dari 2014 di Pemilu 2019. Yaitu mendapat 11,493,663 suara dengan 50 kursi di Pemilu 2019, dari semula 8.480.204 suara dengan 40 kursi di Pileg 2014.

“Golkar kemampuan segala-galanya di atas PKS. PKS saja bisa, masa kita enggak bisa. Jangan cengenglah.”

Bukan hanya urusan suara di Pemilu, Golkar juga menghadapi masalah serius soal kaderisasi atau rekrutmen, soal demokratisasi di partai, soal internalisasi nilai-nilai kepartaian, hingga lebih luas soal peran Golkar di begitu banyak isu nasional.

“Sebagai partai kader, apakah mampu (Airlangga/Bamsoet) jadikan Golkar partai kader yang mampu kelola dari pusat sampai daerah? Di tingkat pusat saja, siapa kader Golkar? Kenal saja enggak, tahu-tahu sudah di DPR. Kader biologis. Bukan seperti dulu kader-kader yang ditempa sebagai aktivis,” kritiknya.

Agun mengingatkan Bamsoet dan Airlangga ungkapan dulu, Golkar terancam jadi partai dinosaurus di Pemilu 2024 jika Ketum gagal lagi mengurusi partai pasca-Munas.

“Buat saya, hukum kekuatan, hukum perang berlaku (di Munas). Tapi dalam hukum manajemen, enggak berlaku lagi dong perang. Sudah usai. Karena itu untuk jalankan roda partai mampu enggak?” pungkas Agun.