News  

Ribuan Ikan Di Bengawan Solo Mati Misterius, Ini Faktanya

Kemarau panjang mengakibatkan debit air di Bengawan Solo berkurang drastis. Praktis hanya air limbah pabrik yang mendominasi aliran di sepanjang sungai. Kondisi tersebut membuat air sungai berwarna hitam pekat dan mengeluarkan bau tak sedap yang menyengat.

Warga bantaran sungai Bengawan Solo, khususnya di Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen mengeluhkan kondisi tersebut. Bau makin menyengat setelah ditemukan ribuan ikan yang mati dalam beberapa hari ini.

“Sudah tiga hari ini baunya tidak enak. Banyak sekali ikan sungai yang mati akibat airnya tercemar limbah pabrik,” ujar Lestariyanti (38), warga Dukuh Nglombo, Desa Tenggak, seperti dilansir Merdeka, Selasa (5/11).

Menurut Lestari, kematian ikan terjadi dalam waktu bersamaan dengan kondisi air yang berubah hitam pekat. Hampir seluruh jenis ikan, yang ada di sungai mati. Seperti ikan sapu-sapu, nila, mujair, ikan gabus dan lainnya.

“Baunya akan hilang kalau bangkai ikan terbawa arus, maupun kering terkena panas matahari,” ujarnya.

Bau ikan dan limbah tersebut sangat mengganggu warga. Apalagi, dia tinggal di tepi sungai terpanjang di pulau Jawa tersebut. Kondisi sungai tersebut juga sangat menyulitkan pekerjaannya dan suami sebagai penambang pasir.

“Saya sama suami kan pekerjaannya cari pasir. Tapi sekarang airnya selalu gatal. Setelah selesai mencari pasir di dasar sungai, badan kami gatal,” terang dia.

Dia berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi kondisi tersebut. Menurutnya, pencemaran limbah tersebut selalu terjadi setiap tahun. Namun hingga saat ini belum ada solusi dari pemerintah setempat.

Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sragen, Samsuri mengaku telah membicarakan masalah pencemaran tersebut dengan bupati.

“Kita rapatkan dengan Bupati. Dugaan kita ada pembuangan limbah cair di Bengawan Solo sehingga menyebabkan pencemaran,” tandasnya.

Kendati demikian, dia juga menyampaikan adanya kemungkinan pencemaran tersebut berasal dari atas (hulu). Sehingga bukan hanya dari Sragen saja. Untuk wilayah Sragen, pihaknya sudah berencana merevitalisasi di anak-anak sungai.

“Kalau yang di Sragen, pabrik-pabrik besar itu kan sudah ada pengolahan limbah sendiri. Tapi kita akan cek lagi untuk memastikan,” jelasnya.

Selanjutnya, Samsuri mengaku akan berkoordinasi dengan provinsi agar penanganan limbah tersebut bisa dilakukan secara lintas wilayah.