News  

DPR Harus Gerak, Jangan Bisu Soal Dugaan Ijazah Palsu Jokowi!

Pemerhati Politik dan Kebangsaan M Rizal Fadillah menyampaikan kritik tajam terhadap kemandekan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam merespons berbagai persoalan mendasar bangsa, termasuk isu dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Menurut Rizal, anggota DPR saat ini justru terjebak dalam iklim pragmatis dan kehilangan roh perjuangan untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Ia menyindir bahwa mereka sebelumnya rela “membanting tulang bahkan harga diri” demi duduk di parlemen, namun setelah terpilih malah melupakan janji-janji kampanye.

“DPR yang seharusnya menjadi infrastruktur politik kini menjelma menjadi suprastruktur yang justru lebih mirip tukang stempel pemerintah. Fraksi-fraksi telah terkooptasi oleh koalisi penguasa. DPR mandul dan lemah seperti ayam sayur,” ungkapnya kepada Radar Aktual, Senin (30/6/2025).

Rizal Fadillah menekankan bahwa isu dugaan ijazah palsu Jokowi bukan perkara remeh, melainkan skandal besar yang mencederai moral publik dan integritas demokrasi. “Ini bukan soal selembar kertas. Ini soal penghianatan terhadap hak-hak rakyat dan kehormatan bangsa. Kalau benar palsu, maka ia bukan presiden yang legal,” tegasnya.

Ia juga menyinggung bahwa hingga kini publik belum mendapatkan kejelasan soal keaslian ijazah yang disebut-sebut dikeluarkan Universitas Gadjah Mada (UGM). Bahkan, informasi terakhir menyebut kemungkinan ijazah itu berasal dari “Pasar Pramuka Pojok Matraman”, sebuah lokasi yang disebut-sebut dalam wacana publik sebagai tempat pemalsuan dokumen.

Rizal mendesak agar DPR segera menggunakan hak-hak konstitusionalnya, termasuk interpelasi dan pembentukan panitia khusus (pansus) untuk menyelidiki dugaan tersebut. Komisi III DPR, menurutnya, tidak boleh tinggal diam.

“DPR harus mendengar keresahan publik. Jangan jadi entitas politik yang buta, bisu, dan tuli. Rakyat sudah membayar mahal dengan harapan yang dikhianati,” ucapnya.

Ia menegaskan bahwa saatnya seluruh elemen bangsa bergerak untuk memastikan transparansi dan kejujuran ditegakkan. “Pengkhianat adalah makhluk paling busuk dan terkutuk,” pungkas Rizal dengan nada tajam.