News  

Fenomena Kemunculan Ular Kobra Di Berbagai Kota, Simak Penjelasannya

Memasuki bulan Desember 2019, fenomena kemunculan ular kobra mulai meresahkan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Tak hanya meresahkan, korban gigitan ular kobra pun mulai berjatuhan, satu diantara sejumlah kasusnya terjadi di Kota Depok, Jawa Barat.

Wagiman (61) seorang pedagang di Pasar Kemiri Muka, Beji, Kota Depok, menjadi korban gigitan ular kobra ketika tengah beraktivitas di lapaknya.

Menanggapi fenomena tersebut, Komunitas Ciliwung Depok pun membagikan edukasi mengenai ular kobra, dengan Elang Erwanda sebagai narasumbernya.

1. Mengenal lebih jauh ular kobra

Pada prinsipnya, Elang mengatakan bahwa ular kobra tidak mengganggu, dan justru cenderung takut dengan kehadiran manusia.

Kemudian, ular pun tidak mengejar apabila bertemu manusia dan kemunculannya disebabkan beberapa faktor yang diantaranya habitatnya yang hilang, hingga mata rantainya yang rusak.

Lanjut Elang, bulan November hingga Januari memang siklus ular menetaskan ularnya. “November, Desember, Januari, adalah siklus ular menetas. Sekarang musim hujan, jadi sarang ular terlalu basah, ular juga tidak suka. Makanya banyak muncul ke permukaan,” kata Elang dikonfirmasi, Selasa (17/12/2019).

Tempat yang disukai ular kobra ada tempat yang lembab dan tumpukan barang-barang seperti kayu, ranting, kardus, dan sebagainya. Ular kobra bisa menjalar lewat ranting pohon, atau dinding rumah yang masih kasar.

2. Hal yang harus dilakukan bila bertemu ular

Elang mengatakan, hal utama yang harus dilakukan apabila bertemu ular adalah tidak melakukan gerakan apapun alias diam. “Boleh berteriak, tapi diam seperti patung,” jelas Elang.

Sambil berdiam diri, pastikan tetap mengamati ular tersebut ketika mulai bergerak meninggalkan lokasi.

3. Yang harus dilakukan jika terkena gigitan ular kobra

Gigitan ular kobra tidak mengeluarkan banyak darah, namun tubuh korban akan merasakan panas hingga sensasi rasa terbakar. Elang mengatakan, jika menjadi korban gigitan ular kobra pastikan bagian yang terkena gigitan lebih rendah dari posisi jantung.

Semisal, apabila bagian telapak tangan yang digigit maka pastikan tangan terus diarahkan turun ke bawah dibawah posisi jantung. Ikat bagian yang digigit ular menggunakan tali atau kain atau yang lainnya dan tidak terlalu kencang.

Hal tersebut, berguna untuk memperlambat peredaran bisa ular di dalam tubuh. Selain mengikat bagian tubuh digigit ular, pastikan juga mengkonsumsi air putih, susu, hingga madu dengan jumlah yang cukup banyak, dan jangan pernah tertidur serta terus terjaga.

Selain menggigit, ular kobra juga bisa menyembur. Apabila terkena semburannya, jangan pernah menggosoknya.

“Bisa ular bisa memancar dari jarak dua meter, jika terkena mata jangan dikucek tapi basuh pada air yang mengalir. Karena bisa ular dalam hitungan detik bisa mengkristal,” beber Elang.

4. Mencegah munculnya ular

Menjaga lingkungan rumah tetap bersih dan jauh dari tumpukan sampah, merupakan hal penting untuk mencegah kemunculan ular. Selain itu, masyrakat juga bisa menutup lubang-lubanh tikus yang ada di lingkungan sekitar.

Lubang-lubang seperti saluran air hingga selokan, juga bisa menjadi jalur masuknya ular. Antisipasinya, adalah dengan menutup lubang terzebut menggunakan kawat besi atau baja, yang tak mudah dijebol binatang seperti tikus.

Beberapa kejadian ular ditemukan berada di plafon rumah warga. Untuk mencegah hal itu terjadi, rutin memotong ranting atau dahan pohon menjadi satu diantara sejumlah hal yang musti dilakukan.

Terakhir, Elang mengatakan bahwa pemangsa ular adalah biawak, oleh sebab itu ia menghimbau apabila menemukan biawak agar tidak membunuhnya.

“Biawak suka makan anak ular, biawak tidak menggigit dan tidak berbahaya untuk manusia. Jadi, kalo ada biawak jangan dibunuh, karena membantu untuk menjaga dari ular,” pungkasnya. {tribun}