News  

4 Warung Ini Viral di Media Sosial Sepanjang 2019

Warung Lesehan Bu Anny, Salah Satu Tempat Makan yang Vral di Tahun 2019

Sepanjang tahun 2019, telah terjadi berbagai peristiwa yang menghebohkan. Salah satunya kasus warung-warung yang heboh, mulai dari harganya yang selangit hingga lokasinya yang dianggap tak lazim. Berikut warung populer sepanjang 2019 menurut redaksi.

1. Kondisi warung seafood tak layak

Sebuah warung seafood viral di media sosial lantaran kondisi dapurnya yang tidak layak.  Warung seafood ini viral setelah akun Facebook Abdul Razak Othman mengunggah perbandingan kondisi luar dengan dapur.

Melansir dari Tribun Style dalam artikel ‘Warung Seafood Ini Viral Setelah Kondisi Dapurnya Terungkap ke Publik, Beda Jauh dari Tampak Luar’, berikut fakta-faktanya.

Diunggah di Facebook

Rabu 23 Oktober 2019, ia mengunggah beberapa foto yang menunjukkan kondisi sebuah warung seafood. Saat Abdul menunjukkan bagian depan warung, tak ada yang tampak aneh.

Warung seafood itu terlihat normal seperti warung pada umumnya. Terdapat sebuah papan nama listrik yang terlihat terang. ‘Wan Saripah Seafood’ nama warung yang tertulis di papan nama.

Ucapan ‘Selamat Datang’ juga ramah menyapa para pengunjung. Terdapat pula kursi makan berwarna merah yang ditata mengelilingi meja ubin. Tiap satu meja diberi masing-masing 4 kursi.

Namun kondisi di depan warung ternyata berbeda jauh dari dapurnya. Saat masuk ke dapur tempat warung seafood menyiapkan sajian, para pembeli mungkin akan langsung kehilangan selera makan.

Dapur tempat masak terlihat sangat kotor dan tak terawat. Baskom, wajan, kompor, dan perabot masak lainnya seperti menjadi satu dengan sampah masakan.

Yang lebih parah, tempat mencuci piring benar-benar tak dijaga kebersihannya. Ember yang digunakan sudah berwarna hitam seakan tak pernah diganti selama bertahun-tahun.

Tempat menyimpan pasokan bahan makanan juga kotor. Dari caption yang dituliskan Abdul Razak, warung seafood jorok ini berada di Bukit Katil, Malaysia.

Pihak Kementerian Kesehatan Lakukan Sidak

Pejabat Kementerian Kesehatan Malaysia, Low Chee Leong mendatangi warung itu dan langsung melakukan pemeriksaan. Dalam operasi selama empat jam bermula jam 8 malam, sebanyak empat catatan diberikan kepada pengusaha warung makanan.

“Operasi tersebut dilakukan setelah melakukan pemeriksaan berkaitan isu tersebut yang viral di media sosial sejak semalam dan pemeriksaan mendapati premis berkenaan berada pada tahap kebersihan 70 peratus ke bawah,” katanya ketika dihubungi Bernama hari ini.

Pemilik Warung Dapat Sanksi

Pemilik warung diberi hukuman atas kelalaiannya tidak menjaga kualitas dan kebersihan makanan.

Warung tersebut tidak boleh beroperasi selama 14 hari. Pemilik warung diminta untuk melakukan pembersihan secara menyeluruh dalam tempo yang sudah ditetapkan.

Warung baru boleh buka lagi apabila Kementrian Kesehatan menilai kondisi dapur sudah layak untuk memasak makanan pembeli.

2. Warung Seafood Bu Anny patok harga tinggi

Sebuah warung seafood di Tegal sempat viral di media sosial Facebook. Warung seafood milik Bu Anny ini viral setelah seorang pelanggan komplain lantaran terkejut dengan harga makanan di sana.

Di warung seafood Bu Anny tersebut ternyata memang tidak terdapat daftar menu yang mencantumkan harga. Sehingga bisa jadi pembeli yang tidak tahu menjadi ‘terjerumus’ dengan patokan harga yang cukup mahal meski warung tersebut berada di Slawi, Tegal, yang notabene dekat dengan wilayah pesisir.

Pengakuan harga fantastis warung lesehan Bu Anny ini datang dari seorang pengguna Facebook dengan nama akun Tije Uyee Slalu.

Pemilik akun Tije Uyee Slalu tersebut terkena tagihan sebesar Rp 700.000 setelah makan dengan seporsi nasi, dua es teh, seporsi kepiting, udang, dan cumi.

Tije Uyee Slalu juga mengeluhkan warung Lesehan Bu Anny yang lokasinya di pinggir jalan namun mematok harga selangit. Unggahan Tije Uyee Slalu ini pun semakin viral usai diunggah oleh akun Instagram @makassar_iinfo.

Setelah kisah mereka viral di Instagram, @makassar_iinfo kembali mengunggah pengakuan seorang warga yang mengaku pernah ditagih sampai Rp 1,7 juta oleh warung lesehan Bu Anny.

Ada juga yang makan 2 porsi lele dan harus merogoh kocek sampai Rp 100.000. Mematok harga tak wajar seperti ini, warung Lesehan Bu Anny pun langsung menjadi sorotan media maupun masyarakat.

Dengan viralnya kasus tagihan selangit ini, akhirnya Pemda Tegal pun mengambil tindakan.

Sebagaimana diinfokan oleh akun Instagram @makassar_iinfo, Pemda Tegal akhirnya memutuskan untuk menertibkan alias menutup warung Lesehan Bu Anny.

“Penertiban ini dilakukan karena adanya keluhan dari warga mengenai harga yang terkesan ‘menjebak’,” tulis akun @makassar_iinfo dalam unggahan yang diposting kamis (30/5/2019).

Lalu, bagaimana penampakan warung Lesehan Bu Anny kini? Dari foto yang diunggah oleh @makassar_iinfo, tampak warung Lesehan Bu Anny tutup dan barang-barangnya ditumpuk di sudut.

Bantahan Bu Anny

Dalam wawancara dengan Tribun Jateng, pemilik warung Lesehan Bu Anny yang bernama Anny (42) ini mengaku bahwa sebenarnya pemberitaan yang beredar tersebut agak melenceng dari fakta.

Ia mengatakan bahwa pembeli yang ditagih Rp 700.00 tersebut akhirnya mendapatkan potongan harga dan hanya dipersilakan membayar Rp 300.000 saja.

Potongan harga ini diberikan Bu Anny karena si pembeli tidak membawa uang. Namun aksinya mempublikasikan tagihan tak wajar tersebut disebut Bu Anny sebagai tindakan yang ‘tak tahu terima kasih’.

“Padahal sudah kami potong setengah harganya, malah tidak tahu terima kasih. Semisal pembeli itu membayar total Rp 700.000, baru saya ikhlas dikeluhkan di sosial media. Masalahnya, dia sudah dipotong harganya tapi malah seperti itu,” sebut Bu Anny.

Bu Anny juga mengatakan bahwa menu yang disajikan tergolong berkualitas sehingga ‘ada rupa, ada harga’. Selain itu, warung Lamongan pinggir jalan ini sudah mematok harga tak murah sejak 2009, atau 10 tahun lalu.

“Saya sudah 10 tahun jualan di sini. Pada 2-3 tahun lalu sempat viral kayak gini juga, tapi saya tetap menjaga harga tersebut karena ada rupa ada harga,” cetus Bu Anny didampingi sang suami Sopikhin kepada Tribun Jateng.

3. Warung es teh di Solo

Sebuah warung es teh di depan Puskesmas Purwodiningratan Solo viral di media sosial. Bukan karena harganya, namun karena rasanya yang dianggap berbeda dari es teh pada umumnya.

Anak pemilik warung, Sri Atin (46), menyebutkan perbedaan es teh miliknya terletak pada air yang digunakan. Jika kebanyakan penjual menggunakan air isi ulang, warung milik keluarga Sri Atin justru menggunakan air sumur.

Menurut Sri Atin, ibunya, Warsinem, pernah mencoba menggunakan air isi ulang namun rasanya berbeda, meski teh yang digunakan sama.

“Itu racikan bapak sendiri, kadang pembeli juga tanya cara buat gimana, sebenernya sama aja, tapi setelah dicoba katanya rasanya beda.”

“Mungkin pengaruh airnya juga, walaupun tehnya sama juga, kalau enggak salah pakai teh Gopek,” terang Sri Atin dikutip dari Tribun Solo dalam artikel Viral, Penjual Es Teh Depan Puskesmas Purwodiningratan Solo, Diserbu Pembeli meski Teh Masih Panas.

“Kami pernah coba pakai air isi ulang rasanya jadi ndak enak, kurang mantap, enggak ada rasanya, mungkin ada obat mungkin ya, pernah coba tapi kurang mantap,” tandasnya.

Lebih lanjut, Sri Atin menceritakan sejarah warung milik keluarganya. “Awal jualan itu tahun 1994, dulu kan ada bapaknya (jadinya) bukanya 24 jam, terus bapak meninggal setahun lalu karena sakit, maka diterusin sama ibu sendiri,” kata Sri.

“Dulu, ya, yang jualan bapak sama ibu saja,” imbuhnya menekankan.

Sri mengungkapkan, ibunya bisa menghabiskan kurang lebih 17 pack plastik per harinya. “Dulu pernah ada pembeli asal Solo Baru pesen 20-25 plastik es teh, itu terus dijual online seharga Rp 3.000,” ungkap Sri.

Sri mengaku penjualan es teh mengalami penurunan bila sudah musim hujan.  “Kalau hujan laku sih tapi berkurang, itu kalau hujan enggak nyampai 10 pack, paling ya enam sampai tujuh pack,” aku Sri.

Pembeli yang biasa membeli es teh di warung Warsinem kebanyakan pekerja proyek, dan orang yang berangkat bekerja.  “Pekerja proyek banyak, orang-orang kantoran jarang, orang lewat-lewat gitu kadang-kadang buat (bekal minum) waktu kerja,” ujar Sri.

Sri menceritakan, pembeli kadang tidak sabar menunggu teh yang dibuat oleh Warsinem dingin. “Sempet tehnya belum dingin, banyak yang nyari (beli), sampai mereka tuh bilang es teh panas, itu udah diambili,” terang Sri.

“Orang-orang itu pada nunggu sejak warung ini buka, ya dari pukul 07.30 WIB,” imbuhnya membeberkan.

Sri menuturkan para pembeli menyukai teh yang dibuat Warsinem mungkin karena kental.  “Apa ya mungkin tehnya enggak pernah dijok, langsung sekali kita buat enggak pernah tambah air,” tutur Sri.

“Pokoknya matang dan sudah habis ndak pernah ditambah air lagi, ya, jadi masih kental,” tambahnya.

4. Warung rujak cingur di Surabaya

Rujak cingur kaki lima seporsi Rp 60 Ribu di Surabaya yang sempat viral karena dikeluhkan pelanggan akhirnya ditertibkan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemkot Surabaya, Senin (10/6/2019).

Pemilik warung “Rujak Mella” itu mendapatkan pengarahan dari Satpol PP dan petugas Kelurahan serta anggota Polsek Rungkut Surabaya. Selain soal harga, PKL rujak cingur itu disebut melanggar ketertiban karena berlolasi di fasilitas umum.

Seperti diberitakan, warung seafood Bu Anny di Tegal, Jawa Tengah, sempat viral karena menjual makanan dengan harga selangit. Kini ada lagi pedagang rujak cingur kaki lima yang membanderol seporsi menunya dengan harga Rp 60 ribu!

Kabar rujak cingur mahal  pertama diunggah di akun Instagram @nenk_update.

Akun itu mengunggah sebuah video dan unggahan Facebook yang menunjukkan kalau dirinya baru saja makan rujak cingur seharga Rp 60 ribu dan minuman es seharga Rp 15 ribu.

Bukan restoran, melainkan warung kaki lima biasa. Bahkan warung itu tidak memiliki tenda dan hanya berjualan di bawah pohon saja.

Pada video itu, terlihat pria yang makan di sana dikenakan harga sekitar Rp 300 ribu untuk 4 porsi rujak. Meski harganya cukup fantastis, tapi pria itu tidak tampak emosi dan bertanya macam-macam pada ibu pedagangnya dengan tenang.

“Soalnya aku baru tahu makan rujak segitu harganya,” kata pria itu sambil sedikit tertawa.

Namun si ibu itu membalas kalau ada pedagang di kota yang menjual rujak cingur dengan harga yang lebih mahal. “Saya sih, bukan dari daerah sini. Soalnya kalau melihat tempatnya,”

“Tempat mah, enggak jamin! Soalnya di sini yang makan orang-orang elite!” ujar ibu itu memotong perkataan pria tersebut.

“Oh gitu, ya udah kalau begitu, mohon maaf ya, Bu,” kata pria itu lalu pergi dari warung.

Melihat unggahan ini, banyak warga asli Surabaya yang angkat bicara. Bahkan ada yang mengaku rumahnya berdekatan dengan warung ini.

Seperti akun @arintafenty yang menulis ‘Ya ampun bs masuk akun gosip jg tukang rujak diperumahanku yg emg udah terkenal mahal padahal jual dipinggiran jalan’.

Saat ditanya warganet lain, ia menjawab kalau daerahnya ada di Perumahan Wiguna, Gunung Anyar. Ia mengaku sering mendengar tentang harganya yang mahal, namun tidak pernah mencobanya.

Kemudian akun @dwiiyy:  ‘ya lord sampe masuk sini.. di Surabaya ini min beda gang doank ma rumah wkwk’.

Ada juga akun @mielamelamell yang menulis: ‘Memang ada di sby rujakcingur harga segitu tp bukan itu penjualnya..petis memang wuenak gag mudah cair n pake buah mahal’

Akun @nadiyaanalisa pun menjelaskan lokasi sebenarnya ‘bantu jwb klo di surabaya yang harga 70 klo gak 80 an cmiw itu yang di jl ahmad jais.

Jd terkenal nya nama nya rujak cingur ahmad jais jadi rujak nya emang pakek cingur sapi bukan pakek cecek dan bumbu nya bukan pakek kacang biasa tapi pakek kacang mente‘. {tribun}