Tokoh Senior Firmus Wangge Meninggal, Golkar NTT Berduka

Sesepuh dan politisi senior Partai Golkar Nusa Tenggara Timur (NTT), Firmus Wangge meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Siloam, Kamis (6/2/2020), sekitar pukul 17.30 WITA.

Mantan Bendahara DPD I Partai Golkar NTT era Hendrik Fernandez ini tutup usia karena komplikasi penyakit yang diderita.

“Bapa meninggal di usia 77 tahun tadi sore sekitar pukul 17.30 Wita, di Rumah Sakit Siloam,” kata salah seorang kerabat Firmus Wangge yang tidak mau namanya ditulis ketika dihubungi, Kamis (6/2/2020) malam.

Wakil Ketua DPD I Partai Golkar NTT, Frans Sarong, yang saat itu berada di rumah duka mengatakan, Firmus Wangge adalah salah satu tokoh Golkar yang cukup fenomenal pada zamannya.

Dikutip dari Buku “Jejak Karya Golkar NTT”, Firmus Wangge kepada tim penulis buku di kediamannya, 28 November 2009, mengatakan, politik butuh biaya, karena itu partai harus akrab dengan pengusaha.

“Kekuasaan itu ada hubungannya dengan politik dan berpolitik harus ada biaya. Golkar harus bisa mengakomodasi pengusaha-pengusaha yang loyal. Ajak mereka sebagai kader fungsional partai. Jangan jadikan politik ini sebagai arisan. Politik dimana pun harus ada cost,” kata Firmus Wangge.

Firmus juga menegaskan betapa pentingnya relasi partai politik dan pengusaha. “Golkar sebagai organisasi politik harus memiliki relasi dalam berpolitik,” katanya.

Pengusaha di era Orde Baru ini juga menjelaskan, di zamannya, peran pengusaha hanya sebatas supporting dalam membangun sistem politik dan ekonomi.

“Di NTT, sayalah yang dipercayakan untuk bekerjasama dengan pemerintah. Saya pada zamannya Pak El Tari dipercayakan mengelola usaha cendana dan pada zaman Pak Ben Mboi, saya menjalankan usaha kopi di Manggarai,” kata Firmus.

Sesepuh Golkar tiga zaman, Felix Pulu, juga mengakui kalau Firmus Wangge pada zamannya, adalah satu-satunya pengusaha yang dipercayakan mengelola berbagai proyek pemerintah.

Ia seperti anak tunggal yang diberikan kepercayaan oleh El Tari untuk membangun jembatan, pengaspalan jalan, semen dan BBM di semua kabupaten di NTT.

“Dia (Firmus) itu kader fungsional Golkar yang loyal kepada partai. Dia dengan kru yang lain saat itu menjadi fundrising (sumber dana untuk membiayai Golkar). “Intinya mereka adalah pentolan daripada tokoh Golkar uang membesarkan Golkar dari balik layar,” kata Felix Pulu, yang juga dikutip dari Buku “Jejak Karya Golkar NTT”.