PKS: Perbankan RI Dihantui Krisis Ekonomi Global

Anggota Komisi XI DPR, Anis Byarwati, mengatakan, perbankan Indonesia dibayangi krisis ekonomi global dampak dari pandemi Covid-19.

Dia mencermati salah satu indikator kesehatan aset suatu bank berupa kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang diprediksi bakal semakin meningkat selama masa pandemi.

Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), persentase NPL Gross perbankan mencapai 2,79 persen dan NPL Net sebesar 1.00 per Februari 2020.

Kemudian, NPL berdasarkan sejumlah sektor di antaranya sektor ekonomi berada du atas 3 persen, sektor akomodasi 5,66 persen, industri pengolahan 4,22 persen, perdagangan 3,99 persen, pertambangan 3,83 persen, dan konstruksi 3,81 persen dalam kurun waktu yang sama.

“Ini menandakan kondisi perekonomian dan perbankan Indonesia yang menurun, dan diprediksi akan semakin turun dengan adanya krisis karena pandemi ini,” kata Anis di Jakarta, Ahad (12/4)

Dia juga mengomentari trigger indicator dari krisis yang di antaranya terjadi ketika ada pergerakan DPK antarkelompok buku, tren peningkatan suku bunga simpanan, terjadi tren peningkatan nilai transaksi PUAB,

terjadi pergerakan DPK keluar dari sistem perbankan, dan pergerakan portofolio trade finance individual bank relatif terhadap trade finance industri.

Menurut politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, LPS perlu memberikan penjelasan terkait indikator-indikator secara lengkap termasuk dengan ukuran kuantitatif dan kualitatifnya.

“Penjelasan LPS sangat diperlukan untuk memberikan gambaran tentang kondisi kesiapan pemerintah dalam hal ini, khususnya LPS dalam mengantisipasi krisis ekonomi dan perbankan yang disebabkan pandemi,” ucap Anis. {indonesianinside}