Tekno  

5 Inovasi Digital Agar Bisnis Tetap Bertahan di Tengah Pandemi Corona

Pandemi Covid-19 membuat banyak sektor industri harus memutar otak agar tetap bisa bertahan. Managing Partner Inventure Yuswohady mengatakan bahwa saat ini bisnis sedang memasuki fase bertahan hidup di tengah pencarian titik keseimbangan baru.

Dalam bertahan hidup, perusahaan juga dipaksa melakukan sejumlah inovasi untuk bertahan hidup. Yuswohady menyebutkan ada lima inovasi digital dari total 50 inovasi yang diciptkan selama pandemi Covid-19.

1. Virtual Music Concert

Pascapandemi Covid-19, mungkin sudah tidak ada lagi konser musik massal di stadion dengan ribuan pengunjung, digantikan oleh virtual music concert.

Perubahan perilaku terjadi karena masyarakat akan melakukan self-distancing dengan menghindari aktivitas-aktivitas yang melibatkan kerumunan massa.

Merespons tren ini, platform digital vidio.com dan Resso berkolaborasi untuk menggelar virtual concert menampilkan Raisa, Ran, dan musisi lokal lainnya.

Minggu lalu Global Citizen menggalang dana melalui virtual music concert bertajuk One World: Together at Home menampilkan musisi top dunia, mulai dari Rolling Stone hingga Billy Eilish.

“Pascawabah Covid-19, survival innovation yang mengusung digital experience ini bakal menjadi new normal di industri musik. Masyarakat lebih memilih menonton konser secara virtual ketimbang fisik karena alasan keamanan,” ujar Yuswohady, Senin (27/4/2020).

Survival innovation jenis ini sangat menarik karena memanfaatkan platform kolaborasi dan kokreasi untuk menciptakan layanan baru yang sangat dibutuhkan konsumen.”

“Ada dua advantages yang didapat melalui langkah inovatif ini. Pertama, mendorong penjualan. Kedua, mempererat hubungan dan loyalitas merchants,” lanjutnya.

2. Virtual Sport

Covid-19 rupanya juga mendisrupsi aktivitas olahraga: Olimpiade, Liga Eropa hingga balapan Formula 1, satu persatu dibatalkan dan ditunda penyelenggaraannya.

Begitupun aktivitas gym dan workout kini tak lagi relevan dilakukan karena masyarakat menghindari kerumunan dan aktivitas bersama-sama.

Maka aktivitas olahraga secara virtual pun menjadi pilihan alternatif. Aplikasi Doogether menyediakan banyak pilihan kelas dan sesi olahraga dengan mengandalkan fitur video virtual, di mana aktivitas olahraga dilakukan bersama-sama secara online.

Banyak pula gym konvensional yang sudah mulai menawarkan kelas online mereka, seperti Celebrity Fitness dan Empire FitClub yang memakai aplikasi Zoom untuk menyelenggarakan kelas online mereka.

Covid-19 menciptakan consumer megashift, salah satunya adalah tren go virtual, di mana konsumen mulai memanfaatkan media digital untuk mendapatkan pengalaman virtual di tengah kewajiban melakukan physical distancing.

Siapa pemain yang cepat melakukan riding the wave terhadap tren ini akan mengungguli pesaing-pesaingnya. Ingat, kejelian memanfaatkan momentum adalah aset paling berharga saat krisis.

3. Go Subscription

Saat ini semua bentuk layanan media baik tulisan, audio, maupun video akan mengarah model bisnis berlangganan (subscription). Lompatan besar ini terjadi karena Covid-19 mendorong konsumen tua-muda makin rakus melahap konten-konten digital.

“Dengan melonjaknya konsumsi media digital di era stay @home economy, maka model bisnis berlangganan akan menemukan momentum pertumbuhannya.”

“Siapa pemain yang cepat menangkap tren ini akan mendapatkan first-entrant advantages yang memudahkan mereka memenangkan mereka di pasar baru,” kata Yuswohady.

4. AI for Physical Distancing

Pengembangan digital innovation memberikan solusi perusahaan ritel ketika mereka harus menjaga pendapatan instore-nya, sekaligus memberikan jaminan keamanan akibat serangan Covid-19.

“Demi menjaga keselamatan pengunjung saat berbelanja di supermarket, Albert Heijn, perusahaan ritel asal Belanda, mengembangkan teknologi aritificial intelligence untuk membatasi pengunjung toko yang berbelanja pada saat yang bersamaan.”

“Kamera AI yang digunakan Albert Heijn memastikan pengunjung yang masuk ke toko mendapatkan jarak minimal 1,5 meter ketika berbelanja di toko,” katanya mencontohkan.

Mereka juga menambah cashierless counter guna mengurangi kontak fisik antarpelanggan. Sehingga semua transaksi belanja bisa diselesaikan tanpa ada kontak fisik satupun di dalam toko.

Ketika social distancing menjadi kenormalan baru, maka model ritel semacam ini akan menjadi mainstream saat wabah berlalu.

5. Virtual Tourism

Sektor pariwisata sangat terpukul dengan adanya Covid-19. Semua destinasi wisata tutup dan sepi pengunjung karena adanya social distancing. Peranan inovasi teknologi sangat membantu pariwisata untuk bertahan di masa krisis.

Yuswohady mencontohkan, Vietnam meluncurkan fitur 360 degrees heritage site untuk melihat berbagai situs bersejarah Vietnam secara virtual. Faroe Islands yang berlokasi di Denmark bekerja sama dengan Forget Drones besutan Amazon meluncurkan inovasi layanan online virtual tour.

“Melalui layanan inovatif ini, keindahan pulau yang kini diisolasi karena pandemi itu bisa dilihat secara landscape camera-viewing dilengkapi dengan voice guide.”

“Virtual tour yang ditopang teknologi virtual reality (VR) akan menjadi mainstream di industri pariwisata mengingat self-distancing akan menjadi kenormalan baru.”

“Masyarakat akan selalu menghindari kontak fisik dan kerumunan. Digital experience melalui teknologi VR akan menjadi alternatif yang menjanjikan,” katanya. {wartaekonomi}