News  

Klarifikasi CIA dan Amerika Serikat Terkait Tudingan Terlibat Peristiwa G30S/PKI

Tudingan bahwa Amerika Serika dan CIA terlibat dalam peristiwa G30S/PKI sudah sangat lama. Bahkan CIA pun akhirnya sampai membuat klarifikasi terkait tudingan tersebut.

Klarifikasi dari CIA ini ditayangkan dalam film Shadow Play. Film Shadow Play merupakan film dokumenter garapan Chris Hilton yang tayang pada tahun 2003.

Shadow Play merupakan film dokumenter yang berisi wawancara dengan orang-orang yang menjadi saksi mata peristiwa G30S/PKI, dan mereka yang menjadi tahanan politik pasa G30S/PKI.

Orang-orang ini mengisahkan mulai dari ada di mana mereka ketika peristiwa G30S/PKI terjadi. Lalu ada pula yang menceritakan soal peristiwa ketika mereka ditangkap dan ditahan pemerintah.

Pada akhirnya film ini juga membahas dugaan keterlibatan Amerika Serikat dan CIA dalam peristiwa G30S/PKI. Alasan-alasan mengapa dugaan Amerika Serikat dan CIA terlibat pun diframing cukup detail dalam film ini.

Bahkan film ini juga menceritakan tentang para jurnalis asing yang bekerja di Indonesia ketika peristiwa G30S/PKI pecah. Pada akhirnya film ini juga meminta konfirmasi dari pihak CIA menyangkut dugaan keterlibatan CIA dalam peristiwa G30S/PKI.

CIA Head Station of Jakarta pada 1964 – 1966, Hugh Tovar, lalu memberikan klarifikasi mengenai desas-desus keterlibatan CIA. Hugh Tovar pun membantah bahwa CIA terlibat.

“Di masa saya, 1964, 1965, dan 1966, CIA tidak pernah diminta melakukan hal semacam itu. Saya dikirim ke sana untuk mengumpulkan intelijen dan melaporkannya ke markas besar untuk memberitahu negara kami atas nama Tuhan apa yang sedang terjadi di negara itu (Indonesia),” kata Hugh Tovar.

“Ya begitulah, jika orang tidak percaya hal itu, tak ada yang bisa saya katakan untuk meyakinkan mereka,” ujar Hug,

Selain itu, 2 film lainnya justru dibintangi oleh Aktor Hollywood, yakni :

1. The Year of Living Dangerously

Film ini dibintang oleh Mel Gibson yang memerankan seorang jurnalis. Film ini tayang perdana pada tahun 1982. Film ini merupakan garapan Peter Weir yang menghabiskan dana dari MGM sebesar enam juta dollar.

Sebelum diangkat menjadi film, kisahnya sudah ada di sebuah novel di judul yang sama. Film itu mengisahkan mengenai para jurnalis internasional yang berada di Indonesia di masa sebelum, saat berlangsungnya, dan sesudah peristiwa G30S/PKI.

Tapi walaupun film ini berkisah tentang peristiwa G30S/PKI, tetapi pembuatan film ini berlokasi di Australia dan Filipina. Nah, yuk simak film ini. Setidaknya dapat melihat peristiwa G30S/PKI dari perspektif berbeda selain film Pengkhianatan G30S/PKI.

2. 40 Years of Silence : An Indonesia Tragedy

Film ini merupakan arahan Robert Lemelson, seorang antropologis. Ini merupakan film dokumentera yang banyak mengambil scene di Jawa dan Bali.

Film ini mengambil perspektif korban. Film ini pertama kali tayang di Amerika Serikat pada tahun 2009.

Sementara itu, film G30S/PKI berjudul Pengkhianatan G30S/PKI memang mengundang perdebatan banyak pihak. Terlepas dari perdebatan itu, film tersebut sudah banyak ditonton masyarakat Indonesia. Tapi tampaknya ada adegan-adegan di film G30S/PKI yang mungkin salah.

Yuk simak adegan mana saja itu :

1. Adegan DI Panjaitan Ditembak

Adegan pertama yang terlihat salah adalah adegan dimana Brigjen DI Panjaitan ditembak mati oleh 4 anggota Tjakrabirawa di depan rumahnya.

Di adegan itu Brigjen DI Panjaitan dikelilingi 4 anggota Tjakrabirawa, lalu ia ditembak dari berbagai arah berlawanan.

Lihatlah bahwa ada 2 anggota Tjakrabirawa yang memakai baret merah marun saling berhadapan.

Tapi dalam 2 sudut pengambilan kelihatan ada perbedaan posisi dari anggota Tjakrabirawa yang menggunakan baret merah marun.

Kedua anggota itu kemudian digambarkan sama-sama menembak Brigjen DI Panjaitan dari arah depan dan belakang.

Tapi saat Brigjen DI Panjaitan terjatuh dengan lebih dulu tersangkut di bagasi mobil, terlihat belum ada darah dari baju bagian depannya, dan baju bagian depan juga belum sobek-sobek.

Saat itu hanya baju bagian belakang Brigjen DI Panjaitan saja yang sudah sobek-sobek dan mengeluarkan darah.

Namun begitu Brigjen DI Panjaitan jatuh ke aspal, barulah diperlihatkan baju bagian depannya sudah sobek-sobek dan penuh darah.

2. Cat Truk Tjakrabirawa

Kesalahan ini terlihat apabila kita memperhatikan secara teliti adegan demi adegan di film G30SPKI.

Terkait cat mobil dan truk ini terlihat saat pasukan Tjakrabirawa mempersiapkan mobil-mobil yang akan dipakai untuk menjemput para jenderal di rumahnya.

Dalam film G30SPKI, adegan mempersiapkan mobil dan truk ini digambarkan dilakukan di kawasan Lubang Buaya.

Saat itu dalam salah satu adegan diperlihatkan bahwa ada seorang anggota pasukan Tjakrabirawa yang diberi tugas mengecat tanda silang berwarna putih di belakang truk pasukan Tjakrabirawa.

Tapi cat-cat di belakang mobil itu ternyata berubah jadi plester berwarna putih begitu truk-truk berangkat ke rumah-rumah para Jenderal.

Salah satunya terlihat di truk yang digunakan pasukan Tjakrabirawa untuk menjemput Jenderal AH Nasution di rumahnya.

3. Adegan Soeharto Menelepon

Adegan Mayjen Soeharto menelepon Laksamana RE Martadinata juga terlihat janggal dalam film G30SPKI.

Saat adegan menelepon Laksamana RE Martadinata, Mayjen Soeharto digambarkan menopang tangan kirinya yang memegang gagang telepon ke kursinya.

Tetapi dari beberapa sisi pengambilan gambar, Mayjen Soeharto kelihatan berubah-ubah dalam menopang tangannya. {tribun}