Siap Angkat Derajat Komoditas Unggulan Sulut, Elektablitas CEP-Sehan Melonjak

Dua minggu usai debat kedua dan ketiga Pemilihan Gubernur Sulawesi Utara (Pilgub Sulut), elektabilitas Christiany Eugenia Paruntu-Sehan Salim Landjar (CEP-Sehan) melonjak signifikan. Berdasarkan pantauan tim Bappilu DPD I Partai Golkar Sulut, mayoritas petani cengkeh dan kelapa merasa kecewa saat mendengar dalam kedua debat itu bahwa cengkeh bukan lagi produk unggulan Provinsi Sulawesi Utara.

“Kesimpulan ini berdasarkan temuan dan laporan kader-kader Partai Golkar di tingkat kecamatan sampai ranting se-Sulut. Masyarakat petani banyak yang curhat dan mengekspresikan kekecewaannya” ujar Wakil Ketua DPD Partai Golkar Sulut, Lucky Mangkey Senin siang (23/11) di Manado.

Di sisi lain, paslon nomor urut 1 CEP-Sehan sejak awal telah memiliki konsep dan program yang jelas bagaimana mengangkat dan mengembalikan harkat petani cengkih, kopra dan pala dalam visi-misi yang akan ditetapkan dalam RPJMD ketika terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut nantinya.

“Konsep CEP-Sehan memang sangat jelas. Kami akan mendirikan perseroan bekerjasama dengan investor dan BUMD untuk menjaga harga komoditas petani agar tidak merugi. Ketika harga jatuh, petani dapat menjual ke perusahaan yang dibentuk pemprov, namun ketika harga di pasaran lebih tinggi, maka petani bebas menjual ke pasar bebas”, urai Lucky.

Menurut Wakil ketua DPD I Bidang Media dan Penggalangan Opini Partai Golkar Sulut ini, konsep Cep-Sehan sekaligus menunjukkan bagaimana pemerintah yang memiliki kekuasaan, menggunakan kewenangannya untuk berpihak kepada petani.

Konsep ini sangat sejalan (sinergitas) dengan semangat pemerintah pusat seperti yang berulangkali ditegaskan Presiden Jokowi bahwa negara harus hadir di tengah masyarakat. Pemerintah harus hadir di tengah persoalan rakyat dan mencarikan jalan keluar.

Seperti yang selama ini diketahui bersama, nasib petani cengkeh, pala dan kopra selama ini tidak mendapat perhatian dan keberpihakan yang jelas dan tegas. Padahal, menurut Lucky, tiga komoditas ini sangat penting bagi masyarakat Sulut.

Cengkeh, pala dan kopra tidak bisa dilihat sekadar sebuah komoditas ekonomi semata, karena memiliki ikatan emosional, sejarah, dan budaya yang sangat kuat di Sulawesi Utara. Setiap orang sukses asal Sulut, baik politisi, pengusaha, akademisi, jenderal, pasti dulunya bisa disekolahkan orang tua dari hasil ketiga komoditas ini.

“Dapat dimengerti mengapa rakyat dan para pemimpin Sulut terdahulu telah merumuskan cengkeh, pala dan kopra sebagai lambang resmi provinsi Sulawesi Utara karena telah mengangkat derajat dan martabat rakyat Sulut. Begitu pula syair lagu ‘Oh Minahasa Kinatouanku’ yang dengan sangat baik menyerap realitas tanah Minahasa sebagai daerah yang masyhur dengan cengkeh, pala dan kopra.” tutur Lucky.

“Ketika sebuah pemerintahan tidak lagi melihat ketiga komoditas ini sebagai prioritas untuk dijaga, diselamatkan, dan dikembangkan, maka hal ini sama saja dengan mencabut basis utama ekonomi rakyat, sekaligus mencabut akar sosial, sejarah dan budaya masyarakatnya. CEP-Sehan tidak akan meninggalkan sejarah tanah tempat mereka lahir dan dibesarkan” tegas Lucky.

Menurut Lucky, fakta bahwa petani kelapa, cengkeh dan kopra selama ini tidak dijadikan prioritas untuk ditangani di Propinsi Sulawesi Utara dapat dilihat dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara. Dari data BPS itu kita ketahui bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) di sub sektor perkebunan rakyat tidak pernah mencapai titik impas.

“Artinya untuk balik modal saja tidak mencukupi. Hasil produksi selalu di bawah biaya produksi petani. Ini menunjukkan tidak ada keberpihakan terhadap nasib petani” urai Ketua Ormas MKGR Sulut ini. Lucky berharap, trend postif kenaikan elektabilitas pasangan calon nomor 1 CEP-Sehan akan semakin baik.

“Biarkan rakyat mencerna dengan akal sehat, mana program serta kandidat yang terbaik untuk memimpin Sulawesi Utara ke depan. Saya juga ingin menegaskan, siapapun yang menjadi pilihan rakyat, kita harus terima. Masyarakat Sulut harus tetap menjaga kerukunan dan kedamaian karena pilkada hanyalah event demokrasi lima tahun sekali, sementara persaudaraan kita akan berlangsung selamanya” pungkas Lucky Mangkey. [golkarpedia]