Tepat 15 tahun yang lalu saya berkenalan dengan Sandiaga Uno di pesta makan malam khusus dan terbatas di area Dharmawangsa, Jakarta Selatan.
Sebelum mengenalnya, saya sudah lebih dahulu mengenal Ibu Mien Uno pakar pelatihan pengembangan diri di Indonesia yang merupakan orangtuanya.
Sandiaga Uno juga mengisi buku Public Speaking karya saya dengan memberikan endorsement di tahun 2019.
Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif (Menparekraf) yang dilantik Presiden Jokowi ini gayanya tak berubah dari yang dulu saya kenal, tetap dinamis, sportif, mudah bergaul dengan siapa saja dan memiliki banyak teman.
Saya yakin Jokowi mempertimbangkan karakter itu sebagai syarat yang harus dimiliki Menparekraf Indonesia yang tengah dilanda krisis kesehatan Pandemik Covid-19.
Pariwisata Indonesia yang begitu banyak ragamnya harus mampu dipromosikan oleh pihak yang memiliki jaringan pertemanan yang sangat luas.
Sulit membayangkan tugas seberat ini dibebankan kepada menteri yang tidak
memiliki akses dan jaringan nasional serta internasional, karena sesungguhnya itulah keunggulan dasar pariwisata sebuah negara selain keunggulan Attraction, Accessibility, dan Amenity.
Presiden Jokowi yang memiliki latar belakang sebagai pengusaha sama dengan Sandiaga kerap menyampaikan pandangannya bahwa bila seseorang ingin sukses menjual sebuah produk dan jasa, maka yang bersangkutan harus terlebih dahulu sukses mempromosikan profil dirinya kepada publik, dan para jaringan-nya.
Sandiaga Uno yang saya kenal memiliki hal itu. Presiden Jokowi memerlukan karakter seperti itu untuk menaikkan Pamor Pariwisata Indonesia di mata Dunia.
Jokowi telah memberi tugas kongkrit kepada Sandiaga untuk memprioritaskan persiapan proyek lima destinasi wisata super prioritas, ujar Sandi tanggal 22 Desember 2020 lalu.
Lima destinasi super prioritas itu ialah Danau Toba, Likupang, Borobudur,
Mandalika, dan Labuan Bajo.
Lima destinasi super prioritas ini bagian dari proyek 10 Bali baru yang telah dicanangkan pemerintahan Jokowi sejak periode pertama pemerintahannya.
Persiapan itu mencakup infrastruktur hingga aspek seni budaya, termasuk
kostum dan pernak-pernik yang berkaitan dengan tempat wisata tersebut.
Lima tempat wisata super prioritas itu diharapkan mampu menjadi destinasi unggulan pasca pandemi Covid-19.
Jokowi juga meminta agar kalender kegiatan alias calendar of events di setiap destinasi, khususnya di lima tempat prioritas itu.
Kalender itu mencakup kegiatan berskala kecil, mingguan, bulanan, hingga
even tahunan berskala dunia. “Tugas berat Sandiaga selain itu adalah memastikan aspek kesehatan dan keselamatan pariwisata di tengah pandemi Covid-19.”
Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta program Sertifikat CHSE untuk pariwisata dilanjutkan secara strategis dan komprehensif oleh Sandiaga Uno. Ma’ruf, juga mengingatkan Sandiaga agar memberi perhatian pada ekonomi kreatif sebagai lokomotif penciptaan lapangan kerja, seperti sektor kuliner, fashion, dan kriya.
Mengangkat pamor diri-nya dan usaha-nya menurut saya adalah kompetensi Sandiaga Uno yang sudah kerap kali dilakukannya.
Namun mengangkat pamor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia di mata dunia tentu sangat berbeda tantangannya, jauh lebih berat.
Mengangkat Pamor sebuah produk maupun jasa adalah tugas yang sangat berat dan penuh tantangan, teramat berat terutama di masa pandemi Covid-19.
Data Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menunjukkan terdapat lebih dari 12 juta orang di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang terancam kelangsungan bisnisnya akibat pandemi Covid-19.
Sandiaga Uno tak mungkin mengangkat pamor Indonesia dengan tenaga dan kekuatannya sendiri. Mengangkat pamor Indonesia di mata dunia perlu dikerjakan secara kolektif oleh semua stakeholder nasional maupun internasional.
Charles Bonar Sirait, SE.,MM, Pengamat Komunikasi dan Pariwisata Nasional