Politisi Demokrat: Kader PDIP Kompak Angkat Isu Radikalisme, Padahal Koruptor Merajalela

Ricky Kurniawan, Deputi Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat mempertanyakan sikap kader-kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menurutnya kompak mengangkat isu radikalisme sementara banyak isu lain yang juga penting.

Ricky Kurniawan juga menyebut beberapa isu seperti korupsi yang merajalela, dipangkasnya wewenang Komisi Pemberantasan Korupso (KPK), utang negara, hingga kemiskinan.

“Kenapa yah kader PDIP kompak banget mengangkat isu Radikalisme, sementara Pancasila bisa hilang, KPK dikebiri, koruptor merajalela, hutang ugal-ugalan, kemiskinan meningkat,” kata Ricky Kurniawan di akun Twitter-nya pada Kamis, 22 April 2021.

Ia membagikan cuitannya itu bersama artikel yang memberitakan Ganjar Pranowo, kader PDIP yang juga Gubernur Jawa Tengah. Dalam berita CNN Indonesia itu, Ganjar menyerukan untuk mewaspadai bibit-bibit intoleransi di sekolah.

“Intoleransi di sekolah kalau sampai dibiarkan akan menjadi bibit dari paham terorisme dan radikalisme,” kata Ganjar dalam diskusi virtual Jateng Edufest 2021 yang digelar Wahid Foundation pada Rabu, 21 April 2021.

Ganjar mengaku menjumpai sikap intoleran di sebuah sekolah di Sragen di mana ada seorang siswi yang diintimidasi karena tidak memakai jilbab.

Ganjar pun menyayangkan sikap para guru di sekolah tersebut yang tidak melindungi sang murid.

“Terjadi situasi yang sangat intimidatif dan anaknya memilih keluar sekolah. Jangan dong. Janganlah,” ujarnya.

Ganjar menilai bahwa intoleransi di sekolah atau dunia pendidikan adalah bahaya laten yang harus diperangi bersama-sama.

Ia bahkan mengancam akan memindahkan para kepala sekolah maupun guru yang membiarkan praktik intoleran kembali terjadi di lingkungan sekolah.

“Kalau saya menemukan ini lagi, dengan sangat meminta maaf, guru ataupun kepala sekolah akan saya langsung pindahkan besoknya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ganjar juga mengingatkan bahwa paham terorisme ini mudah menyebar melalui berbagai medium di media sosial.

“Handphone dan media sosial akan menjadi alat propaganda yang paling strategis. Lalu membuat seolah-olah kelompok saya yang paling bener, dan yang lain salah maka anda harus mengikuti saya,” jelasnya. {terkini}