News  

Benang Merah Perang Suksesi Jawa III Dengan Pemilu 2024

Wuih partai Ummat besutan Pak Amien Rais ini ceruk yg diambil lumayan lho. Partai ini membidik Alumni 212 yang dikecewakan Prabowo, Orang PAN yang nggak cocok dengan Zulkifli Hasan (Zulhas), bahkan orang PBB yang sudah jengah dengan kepala batunya prof Yusril, juga Muhammadiyah yang merasa tidak diakomodir PAN atau partai lain (ini tidak bisa dipungkiri).

Pasar ini belum digarap orang PKS, malah dilepas orang PAN. Sementara partai Nasionalis Religius macam Demokrat juga susah menggarapnya. Mungkin kedepan bisa lakukan kolab. Tapi Demokrat juga susah ambil ceruk ini. Pasar ini muncul karena dikotomi pilpres 2019 dan ceruk istimewa ini mungkin tidak besar layaknya ceruk kaum Marhaen atau pun NU tetapi kalau digarap serius bisa meloloskan Partai Ummat ke parlemen dengan melampaui parlementary threshold 4%

Selain itu Partai Ummat contoh penyelesaian konflik di internal partai yang bagus, daripada sibuk perang saudara yang melelahkan, mendirikan partai baru bagi yang tersingkir dari konstelasi partai lama itu jalan yang fair. Bukan jalan yang ditempuh beberapa purnawirawan jenderal di Partai Demokrat atau Berkarya. Itu tidak memberi pelajaran demokrasi yang baik

Sedangkan partai Golkar, sebenarnya ceruk mana yang mau diambil, ini belum nampak di mata publik? Kalau nostalgia kejayaan Partai Golkar di masa lalu, terbukti dari pemilu ke pemilu suara konstituen nggak nambah-nambah dari presentasenya justru terdistribusi ke partai sempalan macam Nasdem dan Gerindra yang pelan tapi pasti merangsek ke papan atas.

Anggap saja partai Hanura dan partai Berkarya dua partai yang kebanyakan kadernya sempalan Partai Golkar suaranya tidak masuk parlemen karena parliamentary threshold dan suaranya hangus terbakar.

Tapi hangusnya suara kedua partai itu tidak merugikan ke PDIP ataupun PKS begitu juga PKB karena memang bukan ceruk mereka dan susah juga menggaet pasar yang spesial ini justru mereka diuntungkan dengan HANGUS nya suara 2 partai tersebut, daripada suara ceruk ini masuk ke Partai Golkar atau Nasdem dan Gerindra, membuat prosentase suara PDIP, PKB dan PKS yang mereka peroleh lebih bernilai atau naik.

PDIP semakin enjoy karena ceruk yang mereka ambil atau tambang mereka nggak ada yang mengganggu. Toh dalam sistem parlemen kita sekarang de facto nya, adalah multi partai/ banyak partai maka sebuah partai tidak harus menguasai 51% suara atau kursi cukup 25% s/d 30% maka otomatis sudah bisa mendikte permainan partai-partai lain dan berperan layaknya menguasai 51% karena banyaknya pilihan manuver.

Ibarat perang suksesi Jawa III (ke-3), dimana ada 4 kekuatan yaitu VOC, Kraton Surakarta, Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Mangkunegoro. VOC jadi pemenangnya walaupun tidak bisa menangkap Pangeran Mangkunegoro dan Pangeran Mangkubumi tetapi dengan menentukan arah kebijakan Kraton Surakarta (Pakubuwono III) kemudian memunculkan Perjanjian Giyanti 1755 dan Salatiga 1757, maka VOC menjadi penguasa sesungguhnya di Tanah Jawa kala itu.

Jika coba kita otak-atik gathukkan maka PDIP tidak perlu ngoyo atau maksa jadi pemenang 50% cukup menguasai 30% maka PDIP justru akan aman, damai, sejahtera dan menentukan di negeri ini jika maksa malah bisa jadi common enemy para partai lain dan ini tidak menguntungkan bagi PDIP.

Peran VOC pada perang suksesi Jawa III bisa diambil oleh siapapun partai papan atas di PEMILU 2024 tinggal luwesnya para politisi dan lobbier atau makelar politik masing-masing parpol baik PDIP, GOLKAR, GERINDA, PKB, DEMOKRAT, NASDEM dan PKS bisa mengambil peran layaknya Mangkunegoro atupun Mangkubumi.

Oiya, jangan lupakan juga partai-partai non parlemen di 2019, partai itu walaupun kecil tetapi terbukti mampu meraih suara meskipun tidak punya dana aspirasi maupun bantuan finansial dari negara, walaupun suara mereka belum bisa dikonversi menjadi kursi, belum lagi PPP yang diprediksi akan terdegradasi dari parlemen maka suara konstituennya di 2024 akan sayang jika tidak diambil.

PKB tentunya yang paling berpeluang mengambil suara PPP dengan kedekatan kultural maupun sejarah. Maka PKB nantinya akankah layak menjadi penerus Pangeran Sambernyawa (Mangkunegoro) menjadi Kuda Hitam di Pemilu 2024 ataukah AHY dengan Partai Demokrat sebagai pangeran Cikeas yang mencari Tahtanya yang layak disebut penerus Mangkunegoro

SEMUA KEBAGIAN, SEMUA SENANG
TiJi TiBeh (Mukti Siji Mukti Kabeh)

Muhammad Rodhi Mu’amari (Rori Abu Zubayr)
Analisa Amatiran Komentator Politik d’Angkringan GEOPOLITIK