Tekno  

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021, Untuk Indonesia Makin Cakap Digital

Internet sekarang menjadi tulang punggung aktivitas masyarakat dan bahkan tulang punggung ekonomi nasional. Terlebih saat pandemi Covid-19 mendorong terjadinya perubahan struktural yang sangat cepat.

Mulai dari belajar jarak jauh, perusahaan yang memiliki akses digital, banyak yang menambah keahlian di bidang digital dan menambah peluang mencari rezeki di dunia maya mulai berdagang hingga menjadi YouTuber.

Al Akbar Rahmadillah, Founder Sobat Cyber mengatakan saat Webinar Gerakan Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital di wilayah Kabupaten Bandung, ruang publik ini semakin terbuka lebar hingga tidak jarang menimbulkan kegaduhan.

Akbar menceritakan ada beberapa kasus gara-gara saling ejek di media sosial, dua pemuda bertengkar saling serang dan yang terakhir adalah di pelajar tewas.

“Ini salah satu gambaran bagaimana sosial media menjadi dua mata pisau atau internet itu bisa menjadi baik dan buruk. Di media sosial juga dapat hal baik. Seperti YouTube untuk meningkatkan skill dan edukasi,” jelasnya.

Media sosial kini sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Semua orang sudah memiliki akun media sosial dengan berbagai tujuan. Apapun tujuannya, Akbar mengatakan, pastikan tetap menjaga privasi tidak memberikan data lengkap saat menuliskan biodata di media sosial.

“Dalam memposting kegiatan juga hindari tag tempat dengan detail secara real time. Keamanan akun juga hal ini utama pastikan password akun media sosial tidak mudah ditebak,” ujar Akbar.

Di media sosial banyak orang yang memberikan informasi, warganet jangan asal percaya juga menyebarkan dengan sembarang tanpa mengecek fakta. Pastikan juga untuk menyebarkan informasi yang berguna bukan untuk menebar ketakutan atau yang tidak layak dilihat.

Media sosial juga menjadi tempat meninggalkan jejak digital. Xenia Angelica Wijayanto dari LSPR Communication and Business Institute menjelaskan jejak digital itu bermacam-macam.

Sebuah like di media sosial Facebook saja sudah merupakan jejak digital yang menyatakan anda setuju atau menyukai status tersebut.

Xenia membagi cara bagaimana melindungi jejak digital dimulai dari mengetahui apa saja yang akan menjadi jejak digital kita. Postingan, like, berita yang dibagikan hingga komentar di status orang lain.

“Kita harus membuat diri kita dinilai baik hanya dengan melihat media sosial kita. Tidak memberikan informasi lengkap dan ketika ingin membagi informasi harus dipastikan kebenarannya.

Dalam melindungi jejak digital, warga net juga harus menjaga keamanan akun. Sering mengganti password hingga selalu mengontrol pengaturan sistem keamanan akun kita.

Konten di media sosial pun memang selayaknya memberikan hal positif sebab itulah jejak digital kita. Loina Perangin Angin dari Mafindo mengajak, warga net Indonesia membuat konten sesuai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Saling menghormati perbedaan sesuai sila pertama, kesetaraan dengan memperlakukan orang dengan adil manusiawi untuk sila kedua. “Persatuan Indonesia sila ketiga menyadarkan kita untuk mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan,” jelasnya.

Sementara sesuai sila keempat yakni nilai demokratis dengan memberikan kesempatan orang untuk berpendapat dan terakhir membangun ruang digital yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia.

Maka diperlukan warga net berpikir kritis, meminimalisir unfollow, block jika ada seseorang yang berbeda pandangan agar tidak terjadi filter bubble.

“Filter bubble ialah fenomena penyortiran algoritma setelah kita mem-block orang yang berbeda pendapat. Hal itu membuat timeline kita seragam, akibatnya kemungkinan kita akan berpikiran sempit dan semakin tidak bisa menerima perbedaan,” jelasnya.

Kolaborasi dan kampanye literasi digital juga sangat diperlukan untuk membuat warga net dapat selalu berpikir Pancasilais saat membuat konten. {WE}