News  

Keuangan Ancol Berdarah-darah, Kerugian Naik Fantastis 450 Persen Jadi Rp.57 Miliar

Emiten pengelola taman hiburan Ancol, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA), mencatatkan kerugian sebesar Rp 57,09 miliar pada kuartal pertama 2021.

Kerugian ini naik fantastis hingga 450% dari periode yang sama tahun sebelumnya di mana perusahaan mengalami kerugian bersih sejumlah Rp 10,37 miliar.

Membengkaknya kerugian perusahaan disebabkan oleh berkurangnya pendapatan perusahaan menjadi hanya sebesar Rp 89,48 miliar, turun 59,11% dari sebelumnya mencapai Rp 218,83 miliar pada kuartal pertama 2020 ketika pembatasan sosial masih belum dilaksanakan seperti saat ini.

Sebelumnya perusahaan juga baru memberitahukan penutupan sementara operasional unit rekreasi di Kawasan Ancol mulai tanggal 24 Juni lalu hingga batas waktu yang belum ditentukan menyusul meningkatnya angka positif Covid-19 di Indonesia.

Pada triwulan pertama tahun ini aset PJAA tercatat naik 11,39% menjadi Rp 4,50 triliun dari semula sebesar Rp 4,02 triliun.

Aset ini terbagi menjadi aset lancar yang hanya sebesar Rp 957,61 miliar dengan kas atau setara kas sejumlah Rp 1 miliar, sedangkan sisanya atau sebagian besar adalah aset tidak lancar sejumlah Rp 3,54 triliun.

Meskipun aset perusahaan tercatat naik, liabilitas perusahaan juga mengalami peningkatan hingga 22,70% menjadi Rp 2,79 triliun dari semula Rp 2,28 triliun. Liabilitas ini terbagi menjadi kewajiban jangka pendek senilai Rp 1,87 triliun dan kewajiban jangka panjang sebesar Rp 927,49 miliar.

Ekuitas perusahaan tercatat turun 3,25% menjadi Rp 1,70 triliun.

Dalam laporan keuangan kuartalan, manajemen perusahaan mencatat terjadi ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan perlambatan ekonomi global dan domestik dan berpengaruh signifikan terhadap bisnis dan kelangsungan usaha Grup.

“Meskipun gangguan ini diperkirakan hanya bersifat sementara, namun terdapat ketidakpastian yang cukup tinggi terkait luas dampaknya terhadap operasi dan kinerja keuangan Grup.

Saat ini dampak signifikan yang dialami Grup adalah menurunnya jumlah pengunjung akibat adanya pembatasan kuota kunjungan per hari yang tercermin dari penurunan pendapatan tiket,” tulis manajemen Jaya Ancol, dikutip Rabu (30/6)

Pihak manajemen juga mengatakan “perkembangan dampak tersebut bergantung pada beberapa hal di masa depan yang tidak dapat diprediksi pada saat ini, termasuk durasi penyebaran wabah, kebijakan ekonomi dan kebijakan lainnya yang diterapkan pemerintah untuk menangani ancaman Covid-19.”

Pada perdagangan Rabu (30/6) pukul 11.07 WIB di pasar modal, saham PJAA naik 1% ke level Rp 505/saham. Dalam sebulan harga saham ini telah turun 11,40% dan melemah hingga 15,83% sejak awal tahun.

Pada sesi I, saham PJAA akhirnya ditutup minus 0,40% di Rp 498/saham dengan nilai transaksi Rp 42 juta dan kapitalisasi pasar Rp 797 miliar.

Tahun lalu pendapatan Ancol anjlok 70% menjadi Rp 414,18 miliar dari tahun sebelumnya Rp 1,36 triliun. Perseroan mencatatkan rugi Rp 329,84 miliar dari tahun sebelumnya laba Rp 230,42 miliar. {CNBC}