News  

Siswa SMK Di Ciamis Meninggal Usai Divaksin, Wagub Jabar: Belum Tentu Karena Vaksin, Tunggu Investigasi

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum meminta publik untuk menunggu hasil pemeriksaan terkait siswa SMK di Ciamis yang meninggal sehari setelah divaksin COVID-19.

Menurutnya, penyebab kematian siswa tersebut belum pasti karena vaksin atau hal lainnya. Hal tersebut diungkapkan Uu ketika melayat ke rumah Cahyono, siswa SMK yang meninggal dunia usai menjalani vaksinasi COVID-19.

“Saya ke sini untuk bela sungkawa mewakili dari pak Gubernur atas nama Pemerintah Provinsi Jabar. Bukan investigasi atau hal lainnya,” ucap Uu di rumah duka yang berada di Desa Sukamanah, Kecmaatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis, Jumat (3/9/2021).

Uu pun membenarkan siswa SMK di Ciamis ini meninggal usai divaksinasi. Namun belum pasti meninggalnya karena vaksin atau hal lainnya.

“Kejadian ini tentunya jadi pembelajaran agar tidak ada hak seperti ini lagi. Belum tentu juga karena vaksin, karena harus ada penelitian. Keluarga sudah menerima ini adalah takdir,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, seorang siswa SKM bernama Cahyono mengikuti vaksinasi COVID-19 di SMAN 1 Sindangkasih pada Rabu (1/9/2021) lalu. Sehari usai vaksinasi, ia mengeluh mengalami kelelahan pada keluarganya.

Ayah Cahyono, Nono menuturkan, putranya itu meminta ia untuk menyediakannya makanan. Setelah itu Cahyono istirahat.

Cahyono menunjukan gejala pada keesokan harinya, Kamis (2/9/2021). Menurutnya, putranya itu mengalami kejang. Ia sempat menghubungi dokter, namun anaknya telah tiada.

Sebelum meninggal dunia, Nono menuturkan putranya mengeluh sakit lambung dan pusing usai menjalani vaksinasi COVID-19. Nono pun membenarkan, sebelumnya anaknya juga mengidap sakit lambung.

“Setelah divaksin meninggal. Keluhannya sakit lambung dan puyeng. Sorenya pas pulang katanya lemes, subuh meninggal dunia,” ujar Nono, Jumat (3/9/2021).

Siswa SMK di Ciamis yang meninggal ini kekeh divaksinasi lantaran ingin mengikuti sekolah tatap muka di sekolahnya.

“Katanya kalau tidak mengikuti vaksinasi harus belajar daring lagi. Anak saya ingin sekolah jadi ikut vaksin,” kata Nono.

M Rizal Abdilah, Kepala SMK Galuh Rahayu Sindangkasih menyatakan pihak sekolah tidak memaksa siswanya untuk mengikuti vaksinasi.

Ia menyatakan sebelum kegiatan, sekolah menawarkan terlebih dulu kepada siswa yang mau mengikuti vaksinasi.

“Kami tidak memaksa siswa sedikit pun. Bahkan siswa yang punya penyakit bawaan kita tidak izinkan untuk mengikuti vaksinasi. Tapi mereka antusias mendapat vaksin karena semangat Ingin sekolah tatap muka,” ucapnya.

Ketika proses vaksinasi pun menurutnya sudah sesuai dengan SOP. Mulai dari pendataan, skrining hingga suntik vaksin. Ada juga anak yang menangis gegara tidak lolos saat skrining.

Menurut Rizal, dari 364 orang siswa, sebanyak 306 yang mengikuti vaksinasi. Sisanya karena ada yang tidak mau dan memiliki penyakit bawaan seperti lambung dan asma. {suara}