Kepala Badan Meteorologi, Kimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karmawati memberikan peringatakan dini soal datangnya La Nina. Diperkirakan La Nina mulai muncul pada akhir tahun yakni November, Desember hingga Februari 2022.
Berdasarkan hasil monitoring BMKG, suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur saat ini telah melewati ambang batas La Nina yaitu sebesar -0,61.
“Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan kita harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah – sedang, setidaknya hingga Februari 2022,” kata Dwikorita dalam keterangan resminya.
Sebagai informasi, La Nina merupakan fenomena perbedaan suhu muka air laut antara Samudra Pasifik bagian tengah (ekuator) dengan wilayah perairan Indonesia.
Oleh karena itu, suhu muka laut di wilayah Indonesia menjadi lebih hangat. Kondisi tersebut menyebabkan udara mendorong awan sehingga berdampak pada peningkatan curah hujan.
Melansir laman resmi BMKG, hasil kajian pihaknya menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari terutama di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali.
Tak hanya itu wilayah lainnya seperti NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan diprediksi alami peningkatan curah hujan.
Maka La Nina tahun ini diprediksi relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 – 70% di atas normalnya.
“Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi,” kata kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.
Dalam keterangannya, Dwikorita juga meminta agar pemerintah daerah, masyarakat dan semua pihak terkait dengan perencanaan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi Terdampak La Nina agar bersiap melakukan langkah pencegahan dan mitigasi bencana.
Pihak terkait diminta untuk bersiap atas adanya potensi bencana Hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang atau puting beliung ataupun terjadinya badai tropis. {PR}