News  

Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir: RI Gagal Maju Bila Egoisme Kelompok Merah Menyala

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menegaskan Indonesia akan gagal untuk bangkit dan maju bila masih ada pihak yang lebih mengutamakan egoisme kelompok dan tercerai berai satu sama lain.

Hal itu ia sampaikan dalam pidato dalam acara peringatan hari lahir atau Milad ke-109 Muhammadiyah yang digelar Kamis (18/11).

“Indonesia akan gagal bangkit dan maju manakala para pihak bercerai berai dan silang sengketa tak berkesudahan dalam sangkar besi keangkuhan kuasa dan anāniyyah-ḥizbiyyah atau egoisme kelompok masih merah menyala,” kata Haedar.

Haedar menegaskan bahwa persoalan pandemi virus corona (Covid-19) dan masalah berat lainnya dapat diselesaikan bila semua pihak bersatu dalam bingkai Indonesia milik bersama.

Lalu, semua pihak juga harus menjunjung sikap mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kehendak diri, kroni, golongan, dan kepentingan sendiri.

“Sikap optimistik disertai ikhtiar bangkit niscaya dilakukan oleh pemerintah dan seluruh rakyat,” kata dia.

Haedar menilai, Indonesia saat ini masih memiliki pelbagai persoalan yang harus dipecahkan bersama.

Di antaranya soal ancaman perpecahan, korupsi, kesenjangan sosial ekonomi, eksploitasi sumberdaya alam dan lainnya. Baginya, masalah itu merupakan tanggung jawab kolektif yang harus diselesaikan bersama.

Karenanya, Ia menekankan perlu kesungguhan, kecerdasan dan kebersamaan dari para elite, dan warga bangsa dalam menyelesaikan masalah-masalah berat tersebut. Salah satunya dengan semangat bangkit dan bergerak bersama.

“Hindari sikap dan tindakan para pihak yang dapat menambah beban berat dan merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Haedar.

Haedar juga menegaskan bahwa Indonesia harus dibawa maju bersama dalam semangat persatuan Indonesia ke depan.

Ia berpandangan bahwa kemajuan dan keunggulan Indonesia tak lepas dari pondasi yang kokoh berlandaskan konstitusi, dasar negara Pancasila, serta nilai-nilai luhur agama dan kebudayaan.

“Itu sudah hidup dan mendarah daging dalam jatidiri bangsa Indonesia dengan nilai luhur serta potensi dan kekuatan yang dimilikinya,” tutur Haedar. {cnn}