Mahyudin Harap Unlam Jadi Pusat Riset

Mahyudin Unlam Pusat Riset

Mendapat kunjungan mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), Wakil Ketua MPR Mahyudin mengharapkan kunjungan yang dilakukan di Gedung MPR/DPR/DPD Jakarta, digunakan sebaik-baiknya.

“Dari Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ke Jakarta, perlu biaya. Untuk itu manfaatkan waktu semaksimal mungkin,” ujar Mahyudin saat bertatap muka dengan 200 mahasiswa itu di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, 26 April 2018.

Dikatakannya, Komplek Parlemen itu tak sekadar sebagai gedung wakil rakyat namun Gedung Nusantara atau yang lebih dikenal dengan gedung kura-kura merupakan salah satu cagar budaya atau heritage. “Sehingga gedung itu kita lestarikan,” ujarnya.

Tak hanya itu kata dia, keistimewaan lainya adalah perpustakaan parlemen, disana ada arsip-arsip hukum ketatanegaraan mulai dari Sidang BPUPKI hingga arsip yang paling baru.

“Dari sinilah kalian bisa banyak belajar mengenai proses ketatanegaraan,” ujar Mahyudin.

Politisi Partai Golkar itu berharap Unlam dalam proses pendidikan dan penelitian lebih mengedepankan sebagai lembaga riset.

“Riset merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi,” papar legislator Golkar asal Kaltim ini.

Di hadapan mahasiswa dan dosen fakultas hukum, Mahyudin menyodorkan hal-hal yang menarik untuk dijadikan riset bagi Unlam dalam masalah tata negara.

Diungkapkannya, saat ini ada keinginan dari sebagaian masyarakat untuk mengamandemen kembali UUD NRI Tahun 1945. Di sisi yang lain, ada yang ingin kembali ke UUD Tahun 1945.

Diakui Mahyudin, setelah diamandemennya UUD Tahun 1945 membuat bangsa ini tak memiliki GBHN atau haluan negara. Akibatnya ganti Presiden ganti kebijakan. “Antara kebijakan pusat dan daerah pun sering tak sejalan,” ungkapnya.

Hal-hal di ataslah yang menurut Mahyudin layak dikaji. “Sistem apa yang pas buat bangsa dan negara, kalian kaji lewat riset,” ujarnya.

Ia juga mengintakan, bahwa generasi mudalah pewaris dan pelanjut perjalanan bangsa dan negara. “Jangan sampai kalian diwarisi utang dan kebangkrutan,” ucap Mahyudin.

Pria lulusan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat itu menginginkan generasi muda mendapat warisan negara yang kuat dan maju.

Untuk itu dirinya mengharap generasi muda harus mengubah pola pikir. Diharapkan mahasiswa berpola pikir riset. “Jangan hanya berpikir lulus dan menjadi sarjana,” papar mantan Bupati Kutai Timur ini.

Berubah pola pikir bagi Mahyudin sangat penting sebab saat ini masyarakat disuguhi tontonan yang tak mendidik. “Kita diberi tontonan banyak pejabat ditangkap dan dihukum karena korupsi,” ungkapnya. “Korupsi adalah musuh utama kita,” tambahnya.

Sementara itu, Kabiro Sekretaris Pimpinan Setjen MPR M. Rizal dalam pemaparan mengatakan sosialisasi yang dilakukan oleh MPR dengan menggunakan berbagai metode.

Disebut sosialiasi itu lewat training of trainers, outbond, pentas seni dan budaya, debat konstitusi. Sosialisasi dilakukan agar nilai-nilai Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, dipahami dan diamalkan masyarakat.

Diakui saat ini ada nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa tumbuh di masyarakat. Dipaparkan, kedaulatan ada di tangan rakyat.

Pemimpin dan wakil rakyat dipilih oleh rakyat. Di lapangan rupanya banyak terjadi transaksi politik dan money politic. “Akibatnya banyak politisi ditangkap KPK,” ujarnya.

Dari sinilah maka MPR melakukan sosialisasi agar terjadi perubahan pola pikir masyarakat. “Kita ingin masyarakat memilih pemimpin dan wakil rakyat yang mempunyai integritas, amanah, serta visi dan misi,” tegasnya.

“Jangan pilih pemimpin secara instan,” pungkasnya.