Antara Politik, Bom dan Ramadhan

Politik Bom Ramadhan

Tahun ini kita disodorkan dengan tahun politik, dimana suasana politik makin meningkat, persaingan calon pemimpin nasional semakin memanas, terhitung ada beberapa partai yang telah deklarasi mengusung calon presiden, Jokowi sebagai petahana, Prabowo yang telah dideklarasikan oleh partai gerindra, dan ada sosok Gatot Nurmantio mantan panglima TNI yang diisukan akan mencalonkan diri.

Di beberapa minggu lalu kita disodorkan isu panas soal gerakan ganti presiden 2019, hal ini menambah perdebatan isu panasnya politik nasional, ditambah partai oposisi mendapat spirit baru dengan hasil pemilu di negeri tetangga malaysia yang memenangkan oposisi yang di pimpin mahatir.

Isu politik saat ini agak terabaikan dengan muncul kejadian di makro brimob peyanderaan petugas lapas oleh tahanan teroris,korban berjatuhan sekurangnya 5 orang meninggal dunia petugas yang kebanyakan prajurit polri dan ada dari napi tahanan

Belum reda juga! kejadian makro brimob kita di cengangkan lagi oleh bom bunuh diri di tiga tempat di gereja kota surabaya, dan dihari yang sama bom malamnya di sidoharjo Jawa timur dan hari ini ada lagi di polrestabes surabaya bom yang mengakibatkan adanya korban, begitu rentetan kejadian pemboman di surabaya tidak hanya selang hari tapi selang jam bom terjadi lagi, teroris sedang meyebarkan terornya dengan target mebuat traumatik masyarakat dan meyebarkan ancaman teror.

Semua lapisan masyarakat mengutuk perbuatan keji tersebut, semua sepakat bahwa negara jangan kalah oleh kaum terorisme, hal ini juga dipertegas lagi oleh pernyataan Kapolri yang menyatakan bahwa negara tidak akan kalah oleh kaum terorisme, yang menebar ketakutan bagi masyarakat kita.

Adanya peristiwa bom meledak di surabaya, menyisakan trauma bagi masyarakat, dan kesedihan bagi bangsa Indonesia, bagaimana tidak banyak korban berjatuhan yang tidak tau menahu menjadi korban dari kebiadaban teroris, sang teroris sangat kejam tidak hanya bagi orang lain, anak mereka yang tidak tau menahu dan tidak berdosa menjadi korban dari agenda mereka sendiri.memang sangat biadab perbuatan meraka tidak bisa ditolerir.

Yang harus dilakukan oleh kita semua adalah bahu membahu melawan terorisme, dari segi kebijakan pemerintah dan regulasi undang-undang memang sangat diperlukan revisi secepatnya agar ada payung hukum bagi penegak hukum dalam bertindak untuk menangulangi terorisme ini.

Perbedaan politik dalam perebutan kekuasaan mesti di abaikan dulu, kita harus merumuskan secara lebih konprehensip dalam menata persoalan bahaya terorisme ini. penulis menyakini bahwa baik yang sedang berkuasa dan oposisi sepakat dalam pemberantasan terorisme ini manjadi fokus utama.

Apalagi minggu ini kita akan memasuki bulan ramadhan, bulan yang suci, dimana sebagian besar masyarakat Indonesia akan menjalankan ibadah puasa, Ramadhan ini bisa di jadikan momentum yang tepat untuk merumuskan kembali dan berintropeksi bagi kita semua, apa yang terjadi didepan mata kita saat ini, itu bagian dari ujian bagi bangsa Indonesia yang perlu penindakan dan penanganan yang lebih masif.

Bulan puasa bisa dijadikan media untuk menumbuhkan rasa toleransi berbangsa dan bernegara, kita semua harus sepakat dan bersatu untuk melawan tindakan yang merugikan semua lapisan masyarakat yang diakibatkan oleh perbuatan segelintir orang yang memaksakan paham dengan cara radikalisasi.

Kita berharap kedepan bangsa ini akan terhindar dari teror yang saat ini terjadi, dengan kekompakan dan kesatuan semua elemen bangsa, kita akan lebih kuat dalam melawan semua bentuk teror terhadap bangsa ini.

Deni Yusup, Peneliti Nusantara Riset