News  

Pidato Penuh Kebencian, Biksu India Ini Serukan Genosida 200 Juta Umat Islam India

Para pemimpin beberapa kelompok sayap kanan yang memiliki hubungan dengan pemerintahan Perdana Menteri India, Narendra Modi menyerukan pembersihan etnis minoritas di India. Mereka menyasar 200 juta umat Muslim di India.

Seruan tersebut disampaikan dalam pertemuan pemuka agama yang berlangsung selama tiga hari di Haridwar, India Utara. Hal ini diketahui memicu kemarahan luas dan menyerukan tindakan terhadap mereka.

Dilansir dari TRT World, Jumat, 24 Desember 2021, konklaf pidato kebencian itu diadakan oleh tokoh Hindutva yang kontroversial, Yati Narsinghanand dari 17 hingga 19 Desember lalu.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?HappyInspireConfuseSad
The Quint melaporkan pada Rabu, terdapat banyak pembicara menyerukan untuk membunuh minoritas dan menyerang ruang keagamaan.

“Boikot ekonomi tidak akan berhasil. Kelompok Hindu perlu memperbarui diri. Pedang hanya terlihat bagus di atas panggung. Pertempuran melawan Muslim ini akan dimenangkan oleh mereka yang memiliki senjata lebih baik,” kata insinyur yang berubah menjadi pemimpin, Narsinghanand dalam pertemuan itu.

Menurut situs berita Inggris The Wire, pembicara lain, Sekretaris Jenderal Hindu Mahasabha (Majelis Agung Hindu), Sadhvi Annapurna menyerukan pembunuhan massal terhadap umat Islam.

“Tidak ada yang mungkin tanpa senjata. Jika kalian ingin melenyapkan populasi mereka, maka bunuhlah mereka. Bersiaplah untuk membunuh dan bersiaplah untuk masuk penjara.

Bahkan jika 100 dari kita siap untuk membunuh 20 lakh dari mereka (Muslim), maka kita akan melakukannya. menang, dan masuk penjara,” ujar Annapurna.

The Wire mengatakan, pertemuan tersebut menyaksikan “jumlah yang luar biasa dari ujaran kebencian, mobilisasi kekerasan dan sentimen anti-Muslim.”

Politisi Partai Bharatiya Janata (BJP), Ashwini Upadhyay dan Udita Tyagi diketahui juga berpartisipasi, “memberi acara tersebut tingkat dorongan politik dari partai yang berkuasa.”

Pembicara mengutip kekejaman massal 2017 terhadap Muslim Rohingya dan eksodus mereka dari Myanmar sebagai contoh. Mereka menyerukan kebijakan serupa untuk memungkinkan pembersihan etnis Muslim di India.

“Seperti di Myanmar, polisi di sini, politisi di sini, tentara, dan setiap umat Hindu harus mengambil senjata dan kami harus melakukan gerakan kebersihan ini (pembersihan etnis).

Tidak ada solusi selain ini,” pungkas Kepala Hindu Raksha Sena (Save Hindu Army), Swami Prabodhanand Giri, sebuah kelompok sayap kanan yang berbasis di negara bagian Uttarakhand Utara, India.

“Jika saya hadir di parlemen ketika Mantan Perdana Menteri India, Manmohan Singh mengatakan bahwa minoritas memiliki hak pertama atas sumber daya nasional, saya akan mengikuti Nathuram Godse, saya akan menembaknya enam kali di dada dengan pistol,” jelas pembicara lain, Dharamdas Maharaj.

Godse diketahui membunuh Mahatma Gandhi pada 30 Januari 1948, dan dipuji oleh kelompok Hindutva di India. Pernyataan Maharaj dibuat mengacu pada pidato Parlemen Singh 2006, dimana perdana menteri saat itu mengatakan bahwa minoritas India harus memiliki klaim pertama atas sumber daya negara.

Sebagian dari pertemuan tersebut disiarkan langsung di media sosial, memicu kemarahan pengguna yang menggunakan tagar #HaridwarGenocidalMeet dan #HaridwarHateAssembly untuk memanggil kelompok sayap kanan.

The Wire juga membagikan sejumlah foto pembicara dengan anggota BJP memperingatkan, “pernyataan yang menyerukan pembersihan etnis dan genosida sangat mengkhawatirkan” mengingat hubungan pembicara dengan BJP.

Konklaf kontroversial para pemimpin Hindutva terjadi lebih dari sepekan, setelah Modi dilaporkan mengatakan kepada “KTT Demokrasi” yang diselenggarakan AS.

Pemimpin berusia 71 tahun itu mengungkapkan bahwa semangat demokrasi, termasuk penghormatan terhadap supremasi hukum dan etos pluralistik, “mendarah daging di India”.

Kritikus mengatakan, Modi telah gagal untuk campur tangan dan menghentikan meningkatnya insiden serangan terhadap minoritas, penyalahgunaan agama oleh garis keras Hindu, dan intoleransi terhadap perbedaan pendapat di India.

Sejak Modi berkuasa pada 2014, massa Hindu diketahui telah menghukum mati lusinan orang, terutama Muslim dan Hindu Dalit yang diduga mengangkut sapi atau memakan daging sapi secara ilegal.

Kelompok sayap kanan Hindu juga menargetkan Muslim atas “love jihad”, sebuah teori konspirasi bahwa Muslim memikat perempuan Hindu dengan tujuan konversi dan akhirnya dominasi nasional.

Umat Islam pun dituduh menyebarkan covid-19. Dalam beberapa bulan terakhir, gerombolan Hindu disebut telah menargetkan umat Islam yang berdoa pada Salat Jumat di India Utara. {sindo}