Satu ketika saat menyelesaikan disertasi doktornya pada 1999, Menteri Sosial (Mensos) Idrus Marham menyebutkan dari jumlah 560 anggota DPR RI hanya 40% di antaranya yang terbiasa dengan debat konseptual. Saling adu ide, gagasan dan konsep. Selebihnya, tidak kurang hanya penggembira.
Namun pernyataan ilmiahnya itu diprotes Gayus Lumbuun. Saat itu mereka berdua sama-sama menjaga sebagai anggota parlemen. Secara kebetulan sama-sama bertugas mengurusi masalah Bank Century lewat Panitia Khusus. Idrus yang berasal dari Partai Golkar memimpin Pansus sebagai ketua dan Gayus (PDI Perjuangan) wakilnya.
“Tidak benar itu, terlalu banyak. Menurut saya hanya 20% yang mampu saling debat adu gagasan, ide atau konsep di DPR RI. Selebihnya, 80%, selain sebagai penggembira, mereka hanya mengambil manfaat dari posisinya,” kata Idrus di hadapan ratusan mahasiswa yang hadir pada pembukaan Rapat Kerja Nasional Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) menirukan protes Gayus terhadap disertasinya.
Rakernas PMKRI diselenggarakan di gedung Catholic Center Medan, Selasa (10/7/2018). Acara tersebut turut dihadiri anggota DPR RI Meutya Hafid, anggota DPD RI Parlindungan Purba dan Walikota Medan Dzulmi Eldin. Idrus mengatakan, hanya dengan memiliki ide, konsep dan gagasan, seseorang akan menjadi percaya diri dan memiliki daya saing untuk berhadapan dengan siapa saja.
Sebaliknya, jika tidak punya daya saing, maka untuk bisa memenangkan satu persaingan yang dikedepankan adalah primordialisme. Suku atau agama. “Sebagai aktivis, itu refleksi saya. Bagaimana negara ini mau maju kalau anggota DPR-nya kebanyakan penggembira, tidak produktif,” ungkap Politisi Golkar asal Pinrang ini.
