Miris! Korban CPNS Bodong Anak Nia Daniaty Ada Yang Stres Hingga Meninggal

Kasus penerimaan CPNS Bodong yang menjerat anak Nia Daniaty, Olivia Nathania, akan memasuki tahap sidang tuntutan pada Senin (14/3). Jelang sidang tuntutan, pihak korban melakukan konferensi pers guna memberi klarifikasi terkait beberapa hal dalam kasus Olivia.

Selain klarifikasi, korban bernama Agustin sempat pula mengatakan bahwa kasus CPNS bodong Olivia bukan cuma merugikan orang banyak secara material. Sebab, ada pula nyawa yang melayang karena kasus ini.

“Benar, ada yang hilang nyawa di kasus ini. Itu adalah orang tua korban yang meninggal. Dia itu wali kelas Olivia di SMA. Umur memang urusan Yang Maha Kuasa, tapi dia itu stres anaknya dua orang ikut CPNS bodong ini,” ungkap Agustin saat ditemui di kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Sabtu (12/3).

Agustin pun mengatakan bahwa Olivia sudah tahu mengenai berpulangnya sang wali kelas yang stres tersebut. Kala itu, Olivia bahkan sempat menangis.

“Kami sempat sampaikan saat kami dikonfrontasi dengan Oi (Olivia). Saya bilang, ‘Oi, wali kelas kamu meninggal, dia stres.’ Dia cuma bilang, ‘Maafin saya, Bu.’ Dia nangis sama saya, bersimpuh di pangkuan saya bilang, ‘Oi minta maaf’,” kata Agustin.

Ternyata, bukan cuma satu orang yang meninggal karena stres tertipu CPNS bodong Olivia. Agustin sampai menangis saat menjelaskan tentang hal ini.

“Ada juga satu orang, meninggal orang tuanya, stres saat Oi bilang dia lakukan ini (kasus CPNS bodong). Bapaknya merasa ini anaknya dua, tiga kali bolak-balik enggak ada hasil, stres hingga meninggal,” ujar Agustin.

“Ada lagi beberapa orang yang memang, terus terang, stres sampai meninggal. Saya sampaikan itu ke Oi, ada enam orang yang meninggal, orang tuanya, yang ikut di program ini,” sambungnya.

Agustin sendiri juga mengatakan bahwa ada keponakannya yang ikut dalam program CPNS bodong Olivia. Sang keponakan stres, karena sebelum ikut program, Olivia memintanya keluar dari pekerjaan.

“Keponakan saya yang sudah kerja disuruh resign sama Oi dan akhirnya sekarang hampir setiap hari nangis, karena dia sudah ngajar 10 tahun, tapi disuruh resign sama Oi. Dia sekarang udah keluar, data sudah dihapus di dinas. Dia punya anak tiga. Itu yang saya sayangkan,” tuturnya.

Terakhir, Agustin sendiri turut mengalami stres. Karena, kasus ini membuatnya terlilit utang di mana-mana.

“Saya terlilit utang karena janji manis Oi. Saya menyayangkan karena tidak ada perkataan maaf dari Oi atau statement dari ibunya, Ibu Nia Daniaty. Saya kenal ibunya, ibu Nia juga kenal saya, dia tahu saya gurunya Oi. Tapi, tidak ada iktikad baiknya sama sekali,” ucap Agustin.

Kuasa hukum korban, Odie Hudiyanto, meminta agar majelis hakim mau mendengarkan keluh kesah korban. Sehingga, nantinya bisa dituntut dengan hukuman maksimal.

“Kalau nanti tuntutan tidak maksimal, karena jumlah korban tidak sesuai, jumlah uang tidak sesuai, itu tidak beralasan. Karena ini soal keadilan. Kan enggak mungkin 225 orang diperiksa semua di polisi dan polisi juga bilang 19 orang itu cukup. Apalagi, ini tidak cuma soal duit, tapi juga ada yang kehilangan nyawa. Itu penting,” kata Odie. {kumparan}