News  

Politik Tengah Anies Baswedan

Mendiskusikan tentang tudingan segelintir orang tentang politik identitas atau politik aliran terhadap Anies Rasyid Baswedan merupakan isu paling seksi. Digoreng terus sampai gosong. Hingga bikin gosong yang menggorengnya.

Berdasarkan catatan penulis, tudingan politik identitas terhadap Anies Baswedan baru muncul ketika Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Ketika itu, Anies Baswedan berpasangan dengan Sandiaga Uno melawan Ahok – Djarot di putaran kedua.

Anies-Sandi dituduh bahkan lebih tepat difitnah. Anies-Sandi difitnah menjual ayat dan mayat. Fitnah ini dipicu oleh beredarnya spanduk tolak shalatkan jenazah pembela penista agama yang terpasang di sejumlah masjid di wilayah Jakarta.

Anies sendiri telah membantah fitnah tersebut. “Mari kita jaga pilkada damai dan bebas ancaman,” tulis Anies lewat akun Twitter-nya yang terverifikasi @aniesbaswedan seperti dilansir detikcom, Sabtu (11/3/2017).

Sampai hari ini belum terkonfirmasi siapa dalang dibalik spanduk tersebut. Bisa saja berasal dari tim lawan. Black campaign. Lempar batu sembunyi tangan dengan menuding Anies-Sandi.

Penulis sendiri meyakini bahwa spanduk tersebut bukan berasal dari relawan Anies-Sandi. Apalagi berasal dari Tim Anies-Sandi. Jauh panggang dari api.

Fitnah tersebut berlanjut hingga hari ini. Yang kalah Pilkada belum move on. Apalagi setelah pulau reklamasi ditutup Anies. Ketika Anies Baswedan menggotong keranda mayat difitnah sebagai upaya ‘menjual ayat dan mayat’ demi memuluskan langkahnya menuju Pilpres 2024 mendatang.

Politik identitas Anies Baswedan bukanlah politik aliran melainkan politik identitas kebangsaan alias politik tengah. Mau bukti? Kita coba telusuri kebijakan Anies Baswedan terhadap semua penganut agama di Jakarta.

Benarkah Anies Baswedan selama menjadi Gubernur DKI Jakarta memperlakukan semua umat beragama sama? Tidak cenderung ke salahsatu agama tertentu, Islam misalnya.

Pasca terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menuturkan seperti dikutip bbc.com (1/7/2017); “Kondisi umat beragama seusai Pilkada 2017 akan segera membaik dan dirinya akan memikul tanggung jawab menjaga serta mengelola toleransi antara kelompok beragama”.

Jejak Anies Baswedan sejak dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta hingga hari ini, Jakarta teduh dan damai. Tidak ada ketegangan antar umat beragama maupun sesama umat beragama. Rukun dan damai. Hidup berdampingan. Saling menghormati tanpa meniadakan perbedaan antar umat beragama.

Sejak menjabat Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berkomitmen menciptakan keadilan serta kesetaraan umat beragama dalam memperoleh hak untuk beribadah secara tenang dan nyaman.

Komitmen itu ditunjukkan Anies secara nyata dengan menyalurkan bantuan dana untuk rumah ibadah semua agama dengan nilai hingga Rp 149 miliar di DKI Jakarta selama Anies menjabat.

Demikian pula dengan pendapat beberapa tokoh lintas agama terhadap Anies Baswedan. Tak satupun tokoh tersebut berkomentar miring tentang Anies Baswedan.

Sebut saja komentar tokoh Tionghoa, Lieus Sungkharisma, “Anies ternyata tidak diskriminatif. Ia Gubernur hebat. Dia perlakukan semua suku dan pemeluk agama yang tinggal di Jakarta dengan adil.”

Demikian pula tanggapan Ketua Suka Duka Hindu Dharma (SDHD) DKI Jakarta, I Made Sudarte, setelah proses Upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Aditya Jaya, Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (2/3/2022). Ia mengacungkan dua jempol untuk Anies Baswedan.

Hal serupa dikatakan Ketua Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) DKI Jakarta, Jason Balompapueng. Ia memuji kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan merupakan sosok nasionalis dan memegang komitmen sehingga pantas untuk jadi pemimpin. Ia juga menegaskan bahwa kabar miring soal Anies yang radikal, intoleran dan sejenisnya itu tidak benar, terbukti berbagai program yang dibuatnya berdampak langsung kepada tempat ibadah seperti gereja.

Terakhir, Ketua Majelis Sinode Pdt P.K. Rumambi dalam kesempatan peresmian revitalisasi gereja Immanuel akhir tahun lalu mengatakan;

“Pada akhirnya perkenankan kami untuk mendoakan Bapak Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bapak Anies Rasyid Baswedan agar Bapak nantinya dapat menjadi, menjadi apa ya? Ada baiknya ditanyakan: Mau jadi apa Pak? Kalau jadi Menteri, Bapak sudah pernah, yang belum pernah apa? Kami akan doakan dalam ketulusan hati. Karena itu memang tugasnya kami. Tugas gereja…”

Keliru besar bila ada tudingan Anies Baswedan mengusung politik identitas. Yang benar adalah politik tengah. Tidak ke kiri. Tidak pula ke kanan. Politik tengah yang menghadirkan keadilan dan kesetaraan.

Seperti kata Anies, “Kami sering menganalogikan menjadi Indonesia bukan sebuah percampuran, melainkan sebuah persenyawaan. Berbagai unsur bergabung membentuk unsur baru yang berbeda, sebagaimana hidrogen bertemu dengan oksigen, maka akan membentuk air.”

Bandung, 22 Sya’ban 1443/25 Maret 2022
Tarmidzi Yusuf, Pegiat Dakwah dan Sosial