News  

Bhima Yudhistira: Kenaikan Pertamax Memaksa Rakyat Turun Kelas dan Ganggu Pasokan Pertalite

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) umum RON 92 atau Pertamax bakal memaksa masyarakat turun kelas, meski harga yang ditetapkan tidak jadi Rp 16.000 melainkan Rp 12.500.

Begitu prediksi Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira, saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Senin siang (4/4).

“Kelas menengah yang biasa menggunakan Pertamax akan turun kelas ke Pertalite,” ujar Bhima.

Tak cuma itu, dampak dari kenaikan Pertamax ini juga diprediksi bakal menyasar PT Pertamina sendiri. Menurut Bhima, Pertamina bakal kesulitan menyuplai Pertalite karena banyak masyarakat yang awalnya menggunakan Pertamax saat harganya masih Rp 9.000, menjadi beralih ke Pertalite.

“Migrasi ini bisa akibatkan gangguan pada pasokan Pertalite, yang berujung kelangkaan di SPBU,” imbuhnya menegaskan.

Maka dari itu, Bhima menyarankan Pertamina untuk lebih matang lagi menetapkan kebijakan kenaikan harga BBM.

Sebab, pada 2020 Pertamina sempat mengantongi keuntungan hingga Rp 15,3 triliun karena tidak menurunkan harga Pertamax meski saat itu harga minyak dunia turun menjadi 20 dolar AS per barel.

“Apabila Pertamina merasa tertekan cash flow-nya bisa minta dana kompensasi dan pembayaran piutang ke APBN. Pemerintah tengah mendapatkan windfall kenaikan penerimaan negara dari ekspor komoditas khususnya batubara dan sawit,” paparnya.

“Jadi dananya bisa dialihkan untuk tahan kenaikan BBM. Ini dilakukan agar daya beli tidak tertekan dan pemulihan ekonomi bisa lebih solid,” demikian Bhima. {rmol}