News  

Mendukung Presiden Sampai Mati, Melebihi 3 Periode

Demokrasi tidak melulu menghasilkan semuanya jadi harmoni dan serasi. Aspirasi bisa saja dihormati dan dihargai, tapi bukan berarti tak bisa direpresi dan dikebiri.

Presiden sah-sah saja larut dalam ilusi dan halusinasi, meski banyak masalah tanpa solusi dan prestasi. Tak penting mengurus harga diri, yang utama bagaimana bisa mengeksploitasi NKRI.

Serasa cuek dan tanpa malu memaksa 3 periode, sementara tak mampu mengadakan kelayakan harga BBM, minyak goreng dan kedele.

Pemerintah sering bangga dan pede, padahal semua isi kantongnya bokek.
Tipu sana tipu sini sembari telanjang praktek KKN, pada akhirnya membuat rakyat terus kecele.

Birokrasi berupaya menunda pemilu 2024 dengan cara konpirasi, padahal hanya untuk menutupi ambisi.

Tanpa beban melupakan janji-janji, bersama politisi ingin mengakali konstitusi.
Menjadi pemerintahan yang tirani, mengendalikan aparat berbuat keji.

Tak perduli berbuat dzolim pada rakyatnya sendiri, rezim boneka asyik menjadi kacung dari cukong oligarki.

Tiga, empat atau lima periode, jika keinginan presiden itu hal yang sepele.
Menunda pemilu atau amandemen UUD 1945, tidak perlu terlalu bertele-tele.

Kalau ingin memperpanjang kekuasaan, jangan penuh basa-basi membuat publik menjadi bete. Yakinlah seluruh rakyat Indonesia mendukung masa jabatan presiden sampai mati, melebihi dari sekedar 3 periode.

Yusuf Blegur, Pengamat Sosial Politik