News  

Petani Sawit Babak Belur, Tak Ada Pabrik Yang Patuhi Harga TBS Karena Spekulan

Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyebutkan harga Tandan Buah Segar (TBS) petani sawit saat ini tidak jauh berbeda dengan sebelum lebaran.

Harganya masih anjlok di bawah harga yang ditentukan pemerintah.

Ketua Umum Apkasindo, Gulat Manurung, mengatakan anjloknya harga TBS sawit ini disebabkan kesimpangsiuran informasi semua stakeholder sawit, baik itu petani, pabrik kelapa sawit (PKS), dan Dinas Perkebunan (Disbun) tentang dampak pelarangan ekspor CPO dan produk turunannya.

Gulat menilai, kesimpangsiuran ini memberikan kesempatan besar bagi para pemain atau spekulan harga TBS sawit.

Sehingga, dia mengungkapkan tidak ada PKS yang mematuhi patokan harga TBS sawit yang ditentukan pemerintah.

“Luar biasanya, tidak satupun PKS yang patuh terhadap harga penetapan Disbun dan SE Plt Dirjenbun, baik TBS petani plasma maupun petani swadaya, meskipun petani plasma lebih baik sedikit harganya, tetapi sama-sama anjlok,” ujarnya kepada kumparan, Sabtu (7/5).

Dia melanjutkan, pada dasarnya kebijakan larangan ekspor CPO sejatinya tidak akan memengaruhi harga TBS petani secara signifikan. Hal itu karena di saat yang bersamaan, harga CPO dunia sedang naik dan masih banyak produk minyak sawit lain yang bisa diekspor.

Gulat pun menjelaskan penyebab utama mengapa harga TBS petani bisa babak belur.

Selain kesimpangsiuran informasi di lapangan, kekacauan diperparah oleh gagalnya beberapa tender PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN).

Kata dia, semua peserta tender berlomba-lomba menawar dengan harga rendah, di mana tender CPO KPBN sejak 22 April sampai 28 April semua berakhir tragis alias WD (tidak saling sepakat).

“Penawaran tertinggi di 28 April hanya Rp 12.000 per kg CPO, sementara KPBN membuka harga Rp.16.218 (Dumai) dan hasilnya WD. Padahal hasil tender KPBN selalu menjadi kiblat penetapan harga TBS di 22 Provinsi Apkasindo,” jelasnya.

Di lain sisi, menurut Gulat, para petani sawit semakin gigit jari karena secara bersamaan harga CPO dunia sudah mencapai Rp 24.565 per kg.

Kondisi ini membuat petani sawit Malaysia ketiban untung karena harga TBS mereka sudah di atas Rp 5.000 per kg.

Dengan begitu, Gulat pun meminta Satgas Pangan harus bertindak tegas menangkap para pemilik PKS yang tidak patuh terhadap harga TBS petani yang ditetapkan Dinas Perkebunan setempat.

Selain itu, dia meminta berantas hoaks tentang penawaran harga TBS murah.

“Ini secara psikologis menekan rencana pembelian TBS petani oleh PKS. PKS yang mau membeli harga normal langsung ditekan oleh oknum supaya membeli dengan harga rendah, kalau tidak mau ikut, langsung diteror,” ungkapnya.

Sebelumnya, harga TBS petani sawit masih mengikuti bulan April, karena harga patokan selanjutnya akan ditentukan di akhir Mei. Harga yang diatur pemerintah masih Rp 3.600 hingga Rp 3.700 per kg.

“Namun (harga TBS sawit) di petani mandiri atau petani swadaya masih jauh di bawah harapan, di harga Rp 1.200 hingga Rp 2000 per kg,” ujar Sekretaris Jenderal Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Mansuetus Darto kepada kumparan.(Sumber)