News  

Sehari Usai Uni Eropa Embargo Minyak Rusia, Harga Minyak di Asia Merangkak Naik

Harga minyak merangkak naik di awal perdagangan Asia. Naiknya harga itu terjadi sehari setelah Uni Eropa menyetujui larangan bertahap terhadap impor minyak Rusia dan Shanghai mengakhiri lockdown COVID-19.

Dikutip dari Reuters, Rabu (1/6), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk pengiriman Agustus naik 78 sen, atau 0,7 persen, menjadi USD 116,38 per barel pada pukul 09.16 WIB.

Sementara untuk kontrak bulan depan untuk pengiriman Juli berakhir pada Selasa di USD 122,84 per barel, naik 1 persen.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi patokan Amerika Serikat (AS) naik 63 sen, atau 0,6 persen, menjadi USD 115,30 per barel.

Kedua jenis minyak mentah yang menjadi tolak ukur harga internasional mengakhiri perdagangan Mei dengan harga tinggi, menandai kenaikan harga selama enam bulan berturut-turut.

Kenaikan ini disebabkan kesepakatan Uni Eropa untuk memotong 90 persen impor minyak dari Rusia hingga akhir tahun ini. Ini menjadi sanksi terberat dari Uni Eropa terhadap Rusia sejak invasi ke Ukraina tiga bulan lalu.

Setelah sepenuhnya diadopsi, sanksi terhadap minyak mentah akan bertahap lebih dari enam bulan dan untuk produk olahan selama delapan bulan.

Namun, embargo membebaskan minyak aliran pipa dari Rusia sebagai konsesi ke Hungaria.

“Namun, Jerman dan Polandia telah mengkonfirmasi mereka tidak akan membeli minyak Rusia melalui pipa atau laut, efek totalnya adalah memotong 90 persen dari penjualan minyak mentah Rusia ke UE pada akhir tahun,” kata analis dari ANZ Research dalam sebuah catatan.

Selain embargo, faktor lain datang dari China. Lockdown COVID-19 di Shanghai berakhir mulai Rabu pagi setelah dua bulan berlangsung, mendorong ekspektasi permintaan bahan bakar yang lebih kuat dari negara tersebut.

Sementara itu, ada laporan bahwa beberapa produsen sedang menjajaki gagasan untuk menangguhkan partisipasi Rusia dalam kesepakatan produksi OPEC+ (Organisasi Negara Pengekspor Minyak).

 

Meskipun tidak ada dorongan formal bagi OPEC+ untuk memompa lebih banyak minyak untuk menebus potensi kekurangan Rusia, beberapa anggota Teluk telah mulai merencanakan peningkatan produksi dalam beberapa bulan ke depan, mengutip delegasi OPEC.

Sedangkan, produksi minyak mentah AS terus naik pada Maret lebih dari 3 persen ke level tertinggi sejak November, menurut laporan bulanan dari Administrasi Informasi Energi AS pada hari Selasa.

“Antisipasi lebih banyak pasokan yang menghantam pasar, bahkan setelah menghentikan Rusia, dapat memicu sebagian dari aksi jual ini karena minyak menghentikan pemantulan embargo pasca-Uni Eropa,” kata Managing Partner di SPI Asset Management, Stephen Innes dalam sebuah catatan.(Sumber)