News  

Ekonomi RI Terepecah-Belah, Faisal Basri: Kita Tidak Terintegrasi

Ekonom Senior Universitas Indonesia Faisal Basri menyoroti ihwal derajat integrasi ekonomi Indonesia yang relatif rendah. Hal itu terjadi karena ekonomi Indonesia terpecah belah.

Integrasi yang rendah itu, salah satunya menyebabkan ongkos angkut barang antar pulau di dalam negeri lebih mahal dari pada ke luar negeri.

“Sekarang ongkos angkut barang dari Jakarta ke Shanghai itu misalnya (Rp 500), tapi dari Jakarta ke Medan (Rp 1.500). Jadi ongkos angkut di dalam wilayah Indonesia jauh lebih mahal, daripada ongkos angkut dari Jakarta ke Shanghai, Singapore, Bangkok, ke mana-mana. Artinya kita tidak terintegrasi,” kata Faisal dalam Kajian Tengah Tahun Indef pada Rabu, 6 Juli 2022.

Mahalnya ongkos angkut barang itu, kata dia, karena Indonesia saat ini menafikan jati diri Indonesia sendiri yang memiliki keunikan tersendiri. Karena itu, Indonesia tidak bisa memakai konsep pembangunan kontinental seperti Amerika Serikat, Eropa, atau Cina.

“Tidak, kita beda. Negara kepulauan terbesar itu beraneka suku bangsa, bahasa, adat istiadat, kondisi geografis dan kekayaan alamnya, beragam. Tidak ada yang identik atau dekat, itu ga ada,” kata dia.

Menurutnya, Indonesia unik dengan 17 ribu pulau, di mana dua per tiga wilayah merupakan laut, serta garis pantai terpanjang kedua di dunia.

Dia menilai agar efektifitas dan integrasi tercipta, sejatinya angkutan laut ditopang oleh penerbangan perintis. Menurutnya, pemerintah harus lebih hadir dalam menciptakan hal tersebut.

Dia berpendapat penerbangan perintis saat ini, justru seakan dibunuh oleh BUMN PT Angkasa Pura. Di mana ongkos take off, landing, dan taxiway naik 100 persen.

“Disamakan tarifnya antara Boeing dengan kapal capung. Jadi pembunuh BUMN-BUMN itu. Pembunuh kemandirian,” ujar Faisal Basri.(Sumber)