News  

Achsanul Qosasi: Rakyat Bantu Rp.20 Triliun Per Tahun Dalam 5 Tahun, Pertamina Harus Lebih Efisien

Petugas SPBU memberikan panduan kepada seorang pengendara untuk pengisian BBM melalui aplikasi MyPertamina di Bandung, Jawa Barat, Jumat 1 Juli 2022. Pertamina Patra Niaga mulai hari ini menerapkan uji coba cara baru pembelian Pertalite dan Solar menggunakan aplikasi MyPertamina pada kendaraan roda empat di 11 daerah di lima provinsi di Indonesia. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Achsanul Qosasi mengatakan selama lima tahun, rakyat Indonesia membantu Pertamina Rp 20 triliun per tahun.

“Yang pasti pemerintah telah berhasil turunkan subsidi BBM dari Rp 210 triliun menjadi Rp 79 triliun dalam lima tahun. Artinya, selama lima tahun rakyat membantu Pertamina (negara) Rp 20 triliun per tahun. Tak ada gaduh, semua dilakukan demi membantu negara,” kata Achsanul dalam akun Twitternya pada Minggu, 10 Juli 2022.

Ia mengatakan awalnya Pertalite didesain direksi lama untuk mengurangi konsumen premium. Premium dibatasi, Pertalite digenjot. Namun sekarang, Pertalite juga dibatasi dan memaksa rakyat pindah ke Pertamax.

Dia mengatakan pergeseran ke Pertamax pasti suatu saat terjadi, dan Pertamax akan bersaing dengan Shell, Total, Vivo, AKR, dan BBM pasar bebas lainnya.

Dia menilai rakyat pasti siap bantu Pertamina, tinggal Pertamina yang harus lebih efisien dan kurangi beban. Karena persaingan BBM akan ketat, yang efisien yang menang.

Rakyat akan rasional, jika harga Pertamax tak bisa bersaing, maka pasar akan memilih yang terbaik, walaupun sedikit lebih mahal.

Dia mengatakan satu-satunya cara adalah menghemat BBM (bukan hanya dengan menekan subsidi). Tapi mengurangi pemakaian BBM.

Menurutnya, “Gerakan Hemat BBM” ini harus kita mulai dari pengelola negara. Misal dengan mengurangi rombongan iring-iringan kunjungan.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi, kata dia, selalu menekankan (mewajibkan) Pertamina agar segera membangun kilang, namun tak pernah terealisir.

“Negara lain siap invest kilang, UEA, Oman, tak lanjut, berhenti di tahap MOU, entah karena mereka tak capable atau faktor lain. Indonesia terakhir bangun kilang 1994,” kata dia.(Sumber)