Tekno  

Shopee-Indosat PHK Ratusan Karyawan, Industri Digital Dianggap Belum Mampu Topang Ekonomi

Gelombang putus hubungan kerja (PHK) di industri teknologi komunikasi dan digital masih terus berlanjut. Setelah Shopee Indonesia, kini Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) juga melakukan PHK karyawan. Efisiensi dan rightsizing menjadi alasannya.

Industri digital dinilai mampu menopang pertumbuhan ekonomi nasional ke depan. Bahkan andil industri ini dinilai mampu menyamai industri pengolahan atau manufaktur ke depan.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memproyeksi, sektor digital belum mampu mengalahkan industri manufaktur dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan. Apalagi, kontribusi atau andil sektor manufaktur saat ini mencapai 20 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

“Untuk lima sampai sepuluh tahun ke depan sektor informasi dan komunikasi belum mampu mengalahkan porsi industri pengolahan di angka 20 persen terhadap PDB.

Tapi tidak dipungkiri size ekonomi digital cukup besar, karena termasuk perusahaan konvensional yang mulai adopsi AI, cloud computing hingga data center untuk meningkatkan

Adapun efisiensi yang saat ini marak terjadi di industri digital atau startup diperkirakan masih akan berlanjut hingga tiga tahun ke depan. Menurut Bhima, ada sejumlah alasan hal ini bisa terjadi.

Pertama, pendanaan di startup mulai selektif dan berkurang karena negara asal investor sedang menghadapi ancaman resesi ekonomi global. Kedua, tingginya inflasi di dalam negeri mulai memunculkan kekhawatiran bisnis atau business to consumer menghadapi penurunan permintaan.

“Misalnya e-commerce paling terpukul dengan risiko perlambatan pertumbuhan transaksi. Ketiga, pola persaingan yang dianggap tidak sehat, yakni banjir promo dan diskon antar pemain hanya membuat loyalitas konsumen berumur pendek,” kata dia.

Menurut Bhima, pola konsumen saat ini akan mencari produk dengan harga yang lebih murah. Sehingga, ketika promo berkurang, lanjutnya, konsumen juga akan mengurangi pembelian barang di perusahaan digital, seperti e-commerce.

“Keempat, startup yang disebut sebagai ‘pandemic darling’ karena tingginya permintaan akibat pembatasan sosial mulai meredup seiring pelonggaran mobilitas, masyarakat ternyata kembali transaksi di toko fisik,” tambahnya.(Sumber)