News  

Postingan Politik, Kamu Dapat Apa?

Postingan Politik, Kamu Dapat Apa? Radar Aktual

Untuk apa posting politik? Hanya menambah kebencian dan dosa saja. Kemudian kamu memangnya dapat apa? Kalau para capres dan cawapres itu tak terpilih mereka melanjutkan hidupnya masing-masing lantas apa yang kamu peroleh? Begitu komentar yang saya dengar soal posting memosting politik di media sosial.

Kalau hemat saya sih, itu kan satu sudut pandang yang belum tentu benar buat kebanyakan orang. Saya uraikan masalahnya ya.

Saya melihatnya dalam tiga dimensi : (1) niat atau tujuan, (2) cara menyampaikan, (3) persepsi penerima.

Pertama soal tujuan posting termasuk niatnya. Apa sih tujuan posting itu. Bagi saya sih, posting politik adalah untuk penyampaian dan penyadaran soal nilai-nilai yang saya yakini harus ada dalam kepemimpinan politik. Jadi ini soal values dan saya ingin dunia politik kita memenuhi kriteria values itu. Sekecil apapun peran yang saya buat. Apa values yang ingin saya perjuangkan? Saya ingin pemimpin Indonesia itu memiliki karakter
1. Benar, ini yang utama. Yang lain seperti sederhana itu tidak prioritas.
2. Berpengetahuan dengan segala atributnya : literasi, artikulasi, intelektualitas, intelegensia, indeks prestasi dan lain sebagainya. Ini super penting karena Indonesia sedang menghadapi tantangan yang maha dahsyat. Kedua, kan memang tujuan bernegara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Lha apa jadinya kalau justru rakyat yang harus mencerdaskan pemimpin.
3. Jujur dan santun, bukan hanya santun tapi kejujurannya diragukan
4. Berwibawa dan merakyat, bukan hanya merakyat tapi tak berwibawa
5. Visioner dan bekerja, bukan hanya bekerja tanpa visi yang komprehensif

Dengan nilai-nilai kepemimpinan yang saya yakini akhirnya saya memilih dan mempromosikannya, atau menilai pasangan lawannya dengan tolok ukur nilai-nilai itu. Itu saja. Sederhana.

Karenanya saya pun tidak khawatir jika diantara sahabat saya ada yang punya values yang berbeda. Dan jika perbedaan values itu dirasa mengganggu pertemanan di medsos ya saya akan ikhlas jika dia unfriend atau unfollow. Bukan berarti pertemanan itu tidak penting ya, hanya saja jika harus memilih ya saya pilih values.

Pun saya tidak menyalahkan atau membenarkan jika ada yang punya prinsip lain, misalnya memilih aspek pertemanan lebih penting dari values. Boleh saja dan bisa terjadi, misalnya karena dia punya bisnis online. Kan tentu buat dia customer base lebih penting meski berbeda sikap atau kriteria politik. Yang penting saling hormati prinsipnya, dan tidak menganggap prinsip yang satu lebih baik dari yang lainnya.

Kedua, cara penyampaian. Saya berpendapat bahwa penyampaian pendapat harus benar dan santun. Ini prinsipnya, meski tentunya tidak selalu prinsip itu berhasil dipegang teguh. Terhadang emosi itu ada.

Namun tentunya saya juga harus menggarisbawahi bahwa menurut saya menyampaikan kritik itu adalah bagian dari amar maruf nahi munkar dan itu merupakan kewajiban. Saya tidak setuju terhadap anggapan kritik sebagai sebuah ghibah, membuka aib personal sehingga lebih baik dihindari. Dan penyampaian kritik adalah perbuatan menambah dosa.

Mengkritik pemimpin adalah bagian dari dakwah yang seharusnya dilakukan seorang muslim. Terutama ketika seorang pemimpin melakukan kedzaliman yang nyata semisal berbohong dan ingkar janji. Membiarkan pemimpin yang berbohong dan ingkar janji sama dengan membiarkan kemaksiatan

Ketiga, soal persepsi. Setiap orang punya perspektif dan ada banyak persepsi yang berbeda atas setiap pendapat. Saya tidak menafikan bahwa atas postingan saya yang telah saya niatkan sebagai kebaikan bisa dipersepsikan negatif. Kepada yang berpersepsi negatif saya hanya bisa istighfar, meluruskan niat dan saya ikhlaskan saja. Cinta atau benci kan datangnya dari perasaan yang tidak bisa saya kendalikan. Kita berniat mengingatkan baik-baik kan bisa juga dipersepsikan sebagai ujaran kebencian. Jadi, selama Allah ridha ya saya pasrah saja jika itu dianggap manusia sebagai ujaran kebencian. Yang jelas saya selalu berusaha untuk tidak membenci. Itu saja

Selamat Jumatan bagi muslimin. Silakan dishare tanpa harus ijin. Salam
Jumat, 22 Februari 2019

Rahmat Mulyana