News  

Miris! UNICEF: 70 Persen Air Minum di Indonesia Tercemar Tinja

United Nations Children’s Fund (UNICEF) Indonesia mengungkapkan sebagian besar air minum di Indonesia tercemar oleh limbah tinja.

Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terhadap puluhan ribu rumah tangga di Tanah Air.

“Aduh ini sebenernya kalau cerita ini agak menyedihkan, karena ternyata ceritanya betul, studinya dari Kementerian Kesehatan yang dilakukan untuk mengukur kualitas air minum di Indonesia di sekitar 25.000 rumah tangga di Indonesia di 34 Provinsi,” tutur Water Sanitation and Hygiene (WASH) Specialist UNICEF Indonesia, Maraita Listyasari dalam konferensi pers pada Rabu, 19 Oktober 2022.

 

“Menyatakan bahwa dari rumah tangga yang menjadi sampel tersebut, hampir 70 persennya terindikasi ada pencemaran tinja,” katanya menambahkan.

Spesialis Air, Sanitasi, dan Kebersihan itu pun mengaku prihatin dengan hasil temuan Kemenkes terkait kualitas air minum di Indonesia.

“Itu sangat-sangat menyedihkan, kenapa? karena sebenarnya dampaknya juga tidak main-main,” ucap Maraita Listyasari.

“Nah kenapa bisa demikian? kami melihat bahwa walaupun hampir 80 persen rumah tangga di Indonesia telah memiliki toilet, artinya sudah memiliki jamban, tetapi hanya 7 persen saja yang limbah tinjanya diolah dengan aman, sehingga dia bisa kembali ke lingkungan tanpa menyebabkan risiko-risiko pencemaran, baik air tanah di sekitar maupun lingkungannya,” tuturnya.

Ini yang kemudian menyebabkan salah satu dari kenapa ada indikasi dari pencemaran di sumber-sumber air minum seperti yang disebutkan tadi,” kata Maraita Listyasari menambahkan.

Akan tetapi, meski air minum di Indonesia tercemar, dia mengatakan ada upaya selain PHBS sebagai langkah untuk meminimalisir terjadinya sebuah penyakit.

Langkah tersebut berupa rutin melakukan penyedotan septic tank (WC) sebanyak 3-5 kali setiap tahunnya.

Kemudian, memasang WC yang benar atau terhubung dengan sistem perpipaan, di mana penyakit bisa menyebar melalui manusia, dan adanya tanah atau lahan yang tercemar.

“Untuk meminimalisasi terjadinya penyakit pastikan toilet di rumah terhubung dengan sistem perpipaan atau WC. Kemudian, sedot 3-5 kali setahun dan jangan tunggu sampai penuh,” ucap Maraita Listyasari.

“Virus bakteri bisa lewat mana saja, kalau sanitasi tidak dikelola dengan baik, maka pencemaran bisa terjadi di mana pun. WHO menunjukkan alur penyakit ini bisa masuk ke tubuh manusia, dari jari, lalat yang hinggap di makanan, lahan atau tanah, cairan dan makanan,” tuturnya menambahkan.(Sumber)