PT Pertamina (Persero) menanggapi soal harga BBM Pertamax saat ini yang lebih mahal dari BBM swasta dengan kadar oktan setara (RON 92), salah satunya produk Shell Super milik PT Shell Indonesia.
Saat ini harga Shell Super berada di angka Rp 13.550-13.840 per liter. Sementara Pertamax dengan kadar oktan yang sama tidak mengalami penurunan harga di awal bulan ini, sehingga masih seharga Rp 13.900-Rp 14.200 per liter.
Selain itu, salah satu produk milik PT Aneka Petroindo Raya (APR) atau SPBU BP-AKR setara Pertamax, BP 92, juga dibanderol dengan harga yang murah yaitu Rp 14.150 per liter.
Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution, mengatakan ada kemungkinan harga Pertamax turun mengikuti harga pasar. Meski demikian, dia tidak membeberkan dengan rinci mengenai rencana tersebut.
“Kita tergantung lihat harga pasar ya, ada kemungkinan turun sih pasti ada, ada tetap, tergantung market lah ya itu kan ada formulasinya, formulasi dari Kementerian ESDM,” ujarnya kepada wartawan di Gedung DPR, Senin (21/11).
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, mengatakan harga Pertamax yang lebih mahal dari BBM setara milik kompetitor tidak akan berdampak besar kepada kinerja bisnis Pertamina.
Sebab, bisnis SPBU di Indonesia bukan sebuah pasar persaingan sempurna di mana harga menjadi komponen penting untuk bersaing.
“Dominasi Pertamina khususnya di SPBU itu lebih besar. Pertamina jadi market leader artinya harga Pertamina berapa pun ya dia tetap laku, karena SPBU yang dimiliki Pertamina itu di seluruh indonesia itu jauh lebih besar mencakup berbagai daerah pelosok,” jelas dia kepada kumparan, Sabtu (5/11).
Sementara itu, lanjut dia, SPBU swasta itu hanya terletak di kota-kota besar, itu pun jumlahnya sangat kecil dibandingkan Pertamina. Dengan begitu, jika harga BBM swasta lebih mahal dari Pertamina dapat memengaruhi secara signifikan.
Namun sebaliknya, jika harga BBM Pertamina lebih murah maka SPBU swasta lain akan mengikuti dan mempertimbangkan harga produk perusahaan pelat merah tersebut agar konsumen memiliki pilihan lain.
“Memang terjadi beberapa konsumen rasional yang beralih, yang bisa menemukan SPBU, tapi kalau di luar Jakarta yang sulit mencari dan jauh dari tempat bekerja dan rumah ya dia mencari yang lebih dekat Pertamina,” tutur dia.(Sumber)