Indonesia Butuh Airlangga!

Menjelang Pemilu 2024, nama-nama tenar sebagai bakal calon presiden dan calon wakil presiden mulai bertebaran. Figur seperti Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo berada di depan. Tanpa mencoba menihilkan figur lain, tapi kedua nama itu selalu berada di jajaran teratas calon presiden dan calon wakil presiden minimal diketahui dari berbagai hasil survei.

Tentang keduanya, baik Anies dan Ganjar sebetulnya tidak memiliki prestasi yang identik. Jakarta adalah sebuah daerah yang penuh keniscayaan, dengan APBD lebih dari 5 triliun setiap bulannya, siapa pun yang akan memimpin DKI Jakarta pasti akan memunculkan kemajuan.

Karenanya Jakarta hari ini bukan semata karena prestasi Anies Baswedan. Toh banyak program yang tidak jelas apakah berhasil atau tidak dari Anies Baswedan seperti OKe Oce, rumah DP 0 persen, atau sumur resapan misalnya.

Tidak hanya Jakarta, Jawa Tengah dengan figur Ganjar Pranowo pun setali tiga uang. Ganjar tidak memberikan dampak signifikan terhadap kemajuan di Jawa Tengah. Provinsi tersebut masih menjadi salah satu provinsi yang memiliki jumlah penduduk miskin terbesar di Indonesia, banjir di beberapa wilayah Jateng pun tak kunjung dibenahi, dan problematika sosial lain yang tampak tidak diberi perhatian oleh Ganjar Pranowo.

Dari cerminan kepemimpinan Anies dan Ganjar yang seperti itu, pertanyaan besarnya adalah, apakah benar bahwa mereka berdua yang dibutuhkan Indonesia? Apalagi mengingat bahwa tantangan ke depan semakin sulit. Ada ancaman krisis ekonomi global yang siap menerpa Indonesia, belum lagi dengan dentuman bonus demografi Indonesia.

Pemimpin Indonesia ke depan haruslah bisa menggaransi bahwa ekonomi akan baik-baik saja di tengah terpaan krisis ekonomi global dan mampu memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada. Indonesia butuh pemimpin yang bisa membaca gejala alam dari berbagai arah, pemimpin yang mampu menyatukan, egaliter terhadap semua kelompok, tidak hanya cakap berbicara tetapi juga harus mampu mendengar.

Airlangga Hartarto adalah salah satu figur yang dirasa sesuai dengan kebutuhan Indonesia terhadap pemimpin dewasa ini. Ia adalah penjaga gawang makro ekonomi Indonesia. Saat negara lain terguncang karena pembatasan akses akibat Pandemi Covid-19 yang membuat ekonomi terdampak, kestabilan Indonesia terjaga.

Tentu kita tidak bisa pinggirkan badai PHK dan tertekannya pertumbuhan ekonomi. Tetapi berkat Airlangga Hartarto, risiko ekonomi yang lebih besar bisa diminimalisir. Airlangga Hartarto juga memiliki kemampuan identik terkait menangkap gejala di sekelilingnya, ia adalah sosok analitis yang selalu memperhitungkan risiko dengan cermat.

Bantalan sosial yang dikucurkan mulai dari Kartu Prakerja sampai Bansos tunai juga tidak terlepas dari pemikiran brilian Airlangga Hartarto agar masyarakat kecil tidak terlalu terimbas dengan himpitan ekonomi di masa pandemi. Di tangannya lah Indonesia masih bisa berjaya atas capaian pertumbuhan ekonomi positif satu tahun setelah pandemi mendera.

Soal kebutuhan Indonesia akan pemimpin yang menyatukan, Airlangga Hartarto juga menjawabnya dengan karya nyata. Di Partai Golkar, partai yang selalu menyajikan dinamika dan biasanya kerap kali menghadirkan konflik politik, semua itu mampu diredam oleh Airlangga Hartarto.

Di bawah komando Airlangga Hartarto, Partai Golkar menunjukkan soliditasnya. Jika kita melihat maraknya baliho atau banner Airlangga Hartarto, di setiap daerah, produk promosi itu dilakukan atas inisiatif kader Partai Golkar di daerah. Meski ada instruksi dari DPP, tetapi berkat penghormatan tertinggi terhadap simbol partai, jadilah baliho-baliho tersebut terpasang.

Padahal sejak dulu, Partai Golkar memiliki karakteristik tidak suka dengan intervensi. Mereka bisa mengambil arus berlawanan jika tak berkenan dengan keputusan DPP. Namun kali ini, tidak. Pengurus daerah di seluruh Indonesia kompak menggaungkan bahwa Capres Partai Golkar adalah Airlangga Hartarto. Soliditas Partai Golkar yang seperti ini membuat partai lain terancam dan mulai khawatir, terutama PDIP.

Kita bisa membayangkan bagaimana jika Indonesia dipimpin oleh Airlangga Hartarto. Disintegrasi dan konflik sosial yang selama ini membayang akan teratasi dengan mudah. Airlangga Hartarto dalam beberapa kesempatan juga menunjukkan semangatnya untuk mengikis pertarungan politik dengan tidak menggunakan politik identitas dan kepada kader Partai Golkar agar menggunakan cara-cara beradab dalam berkampanye tentang dirinya.

Tidak kalah penting dari hal di atas, Airlangga Hartarto sesuai dengan kebutuhan pemimpin Indonesia dewasa ini tentang sosok pemimpin yang tidak pandai bersilat lidah, Airlangga bukan pemimpin hanya mampu memutar kata dengan fakta. Daripada pintar berbicara, Airlangga Hartarto lebih pintar dalam mendengar.

Alih-alih pandai berbicara, kemampuan pemimpin dalam mendengarkan rakyatnya adalah kebutuhan yang tak terelakkan bagi Indonesia. Airlangga Hartarto adalah bagian kecil dari pemimpin yang mampu mendengarkan persoalan rakyatnya. Ia tak banyak berjanji, apapun yang ia bisa lakukan maka akan Airlangga Hartarto lakukan demi kebaikan rakyat.

Jadi bagaimana? Apa kita masih egois bertarung di sisi kanan dan kiri mengedepankan pepesan kosong ideologi yang mulai tergerus oleh perubahan zaman? Jika pemilihan presiden pada 2024 nanti rakyat memenangkan ego sektoral dan emosional mereka dibanding apa yang sebenarnya kita butuhkan sebagai bangsa Indonesia, maka siap-siap saja negara ini akan kehilangan masa depan.

Rezha Nata Suhandi

Pemimpin Redaksi Golkarpedia