News  

Korban Investasi Alkes Bodong Milik Artis Cerita Awal Kena Tipu Hingga Rp.400 Juta

Jurnalis, Shafinaz Nachiar (27) mengaku menjadi korban dugaan investasi bodong yang dilakukan artis inisial SA. Shafinaz mengatakan SA menawarkan investasi itu melalui media sosial.

“Awalnya dia share di Instagram story, share alat kesehatan ada yang APD, oksigen segala macem tapi kita sebagai korban nggak pernah lihat wujudnya jadi kita kasih dana aja ke perusahaan dia yang menurut dia perusahaan dia,” kata Shafinaz Nachiar kepada wartawan usai proses mediasi di Polres Metro Jakarta Timur, Rabu (11/1/2023).

Shafinaz mengaku bergabung dengan investasi tersebut sejak bulan Agustus 2021 dengan total investasi mencapai Rp 402 juta. Dia mengatakan uang investasi itu mulai tidak cair pada Desember 2021.

“Dia janjikan kita kasih sekian, ada profit sekian, itu berjalan dari Agustus sampai Desember, dan dari nominal yang sudah masuk, di Desember banyak yang nggak cair nggak balik duitnya ke kita seperti yang dijanjikan,” ujarnya.

“Intinya dari Agustus sampai Desember 2021, itu totalnya Rp 402.500.000 ya. Yang dibalikin ke aku kayak yang cuma Rp 59 juta atau Rp 58 juta. Jadi sisa Rp 300 juta sekian lagi. Dan itu dimasukkannya bertahap memang. Ada yang aku tarik, ada yang aku stay. Nah kenapa aku ngerasa Rp 50 juta yang dibalikin juga duit aku, karena yang aku taruh di sana Rp 400 juta. Jadi profit aku itu ya duit aku,” imbuhnya.

Dia mengatakan SA meyakinkan dirinya bahwa perusahaan investasi itu adalah milik SA. Shafinaz kemudian mengetahui jika SA juga baru bergabung dengan investasi itu dua bulan sebelum dirinya.

“Dan modus awalnya adalah dia share di Instagram dan bilang kalau dia udah join di sini selama satu tahun. Dan kenyataan saat Desember terbongkar, ternyata dia sendiri baru join Juni.

Jadi belum sampai setahun. Kebohongan kedua, dia tidak pernah memperkenalkan siapa pun partnernya dia. Jadi saya tahunya transfer uang ke dia aja. Ketiga, dia bilang kalau ini perusahaan ‘alkes-ku’. Semua ada buktinya di chat. Jadi dia yang aku tahu punya perusahaan dan segala macam. Dia nggak pernah mention siapa partnernya, pabriknya apa, dan segala macam.

Apa landasan saya mau berinvestasi karena dia teman saya. Dan semua korbannya, teman-teman lainnya, ada saudaranya, manajernya, teman-teman sekolah SMA, segala macam,” tuturnya.

Dia mengatakan dirinya sudah mencoba bermediasi dengan SA secara kekeluargaan. Namun, mediasi itu gagal hingga dirinya memilih untuk membuat laporan ke kepolisian.

“Saya pribadi udah mutus komunikasi karena dari awal berusaha mediasi via kekeluargaan tidak ketemu titik terangnya, ya pokoknya nggak enak gitu jadi ya sekarang sudah pakai pengacara masing-masing biar jalur hukum yang berjalan,” ujar Shafinaz.

“Jadi sebelum ke polisi aku sempat ketemu datang ke rumahnya, nangis dia, segala macem di situ masih aku kasihan, karena memang omongan nggak terbukti, akhirnya kita bawa ke ranah hukum,” tambahnya.

Shafinaz mengatakan di bulan Desember 2021, SA membuat group dan mengabarkan investasinya gagal. Dia mengaku mengenal korban lainnya dari group tersebut.

“Aku nggak curiga, dia sendiri yang bikin satu group kita dikumpulin dalam satu group dan di situ semua korban ada, dari situlah aku kenal sama korban ini,” ujarnya.

Shafinaz mengatakan SA sempat menyebut mau berusaha mengembalikan kerugian uang investasi para korban. Dia menuturkan uang itu tak kunjung dikembalikan hingga saat ini.

“(Di group itu SA bilang) ‘Mohon maaf guys investasi aku ini nggak berjalan, aku nggak bisa ngembaliin dana ternyata partner aku ternyata bohong’. Dari situ udah mulai ngelempar ke orang dan pada saat itu kita coba negosiasi kekeluargaan kan, nah di situ ada tulisan dia bilang ‘ya saya dan keluarga sedang berusaha mencari aset-aset apa yang bisa kita gadaikan buat teman-teman semua’,” tutur Shafinaz.

Dia mengatakan SA mengaku menjalankan investasi itu bersama 3 orang lainnya. Dia mengatakan SA mengirimkan uangnya kepada pihak lain tanpa meminta izin dan memberikan informasi lebih dulu.

“Kalau partner yang dia bilang ada 3, tapi aku nggak kenal satupun dan ketika dia transferin duit kita ke orang lain pun dia nggak ngomong nggak izin,” ucap Shafinaz.

Lebih lanjut, Shafinaz mengatakan postingan soal investasi itu sudah tidak terlihat di sosial media SA. Dia menyebut postingan itu hanya diunggah untuk daftar teman dekat atau ‘close friend’ dari SA.

“Jadi iklan-iklan itu udah nggak ada sekarang di sosmednya dia, jadi kalau aku mau tunjukin ya aku cuma punya bukti capture-an yang kita simpan, jadi bukti dia memasarkan itu udah nggak ada di sosmed. (dulu) ditaruh di highlights tapi kan karena highlights itu untuk close friend jadi cuman close friend doang yang bisa lihat itu,” lanjut Shafinaz.

Hal serupa juga dikatakan Via (26) dan Tila (26) yang mengaku menjadi korban investasi bodong SA. Via mengaku merugi Rp 50 juta sementara Tila merugi lebih dari Rp 15 juta.

“Awalnya tuh sebenarnya karena dimasukin ke close friend Instagram, jadi dia temen di kampus dan waktu di kampus nggak ada masalah jadi nggak curiga sama sekali sih karena di storynya itu juga udah banyak kayak testimoni-testimoni dari orang yang berhasil dan dia kirimkan uangnya gitu.

Jadi awalnya juga cuman investasi sedikit-sedikit kek gitu, tapi tiba-tiba ternyata lihat di salah satu medsos kok itu bodong ya kayaknya kek gitu, dan dari situ juga baru tahu kalau dia modusnya nawarin ke setiap orang itu beda-beda.

Jadi ada beberapa teman kampus yang juga jadi korban pas ditanya keterangan yang diberikan itu beda-beda. Total (kerugian) sekitar Rp 50 juta sih, sebenernya join itu baru juga sekitar kayak Agustus 2021 gitu, baru,” kata Via.

“Kalau case aku mirip sama Via, pertama lihatnya, dimasukin di close friend di Instagram terus kalau aku kenal sama dia dari organisasi kampus sering ngobrol juga, tahu anaknya baik jadi kayak percaya gitu, cuman pertama lihat testimoninya dia menawarkan itu di close friend Instagram, aku sempat tanya bisa minta surat kontrak kerjanya nggak atau segala macam.

Karena dia bilangnya suntik modal buat alat kesehatan dan ada relasinya sama pemerintahan gitu. Itu biasanya kan ada suratnya gitu, tapi waktu itu dia bilangnya confidential.

Nah karena dia bilang itu pertama kali aku nanya nggak langsung aku taruh, tapi berapa bulan kemudian aku lihat tuh ternyata emang yang suntik modalnya itu berjalan lancar gitu, berapa bulan dan sempat kelihatan punya Kak Shaf juga,

ouh ada yang taruh ratusan juta, kayaknya boleh coba. Jadi taruh sekali masih balik, dua kali kayaknya kedua kalinya atau ketiga kalinya gitu baru ada info ternyata ada kasus ini, jadi di situlah pas nggak baliknya pas naruh kedua atau ketiga kali. (Total kerugian) lebih dari Rp 15 juta,” kata Tila.

Kemudian, orang lainnya yang mengaku menjadi korban investasi bodong alat kesehatan SA bernama Sasa (25). Sasa mengaku percaya dengan SA lantaran saat itu kasus Covid masih tinggi.

“Untuk kronologinya kurang lebih sama kayak dua korban yang lain, jadi pertama kali aku kenal dia itu gara-gara satu fakultas terus dia juga ngepost di close friend nya, kebetulan aku dimasukin di close friend Instagram dia, terus yang bikin meyakinkan adalah sebenarnya dia bilang kalau ini adalah investasi untuk alat kesehatan di mana waktu itu jamannya pandemi lagi tinggi-tingginya jadi di sini kita percaya dong dan dia juga kasih testimoni banyak gitu loh, jadi itu sebenernya yang buat kita percaya untuk naruh uang pada akhirnya ke dia gitu. (Total kerugian) sekitar Rp 35 juta,” kata Sasa.

Wartawan sudah berusaha meminta tanggapan dari pihak SA dan pengacaranya di Polres Jakarta Timur usai proses mediasi. Namun, mereka masih enggan memberikan tanggapan.(Sumber)