Ketua Komisi IV DPR RI, Sudi mengungkap biang kerok mengapa Indonesia masih ketergantungan garam impor. Menurutnya, masalah utama dari industri garam di dalam negeri adalah ongkos logistik yang mahal.
Sudin menerangkan padahal produksi garam di Indonesia sendiri sudah cukup bagus. Tetapi karena kendala transportasi yang mahal antar pulau, harga tidak bisa bersaing dengan garam impor yang lebih murah.
“Sebetulnya garam di Indonesia cukup bisa dibuat, cukup bagus, kendalanya adalah cuma satu transportasi terlalu mahal, maka kalahnya garam impor,” ungkapnya dalam rapat kerja dengan Menteri Kelautan dan Perikanan, Selasa (17/1/2023).
Ia mencontohkan, ada salah satu pulau di Lampung yang bisa memproduksi garam cukup bagus. Sudin menyebut kandungan garam di sana bahkan 99% dan bagus untuk obat-obatan.
“Tetapi kendalanya itu ongkos angkutnya, terlalu mahal. dari pulau itu ke darat, dari darat angkut,” tuturnya.
Sementara kebutuhan garam dalam negeri ini mencapai 4,4 juta ton pada tahun 2022, tetapi tidak bisa terbantu dengan produksi di dalam negeri yang hanya 863 ribu ton. Oleh sebab itu, ia meminta kepada KKP untuk membuat langkah konkrit dan strategi untuk menyelesaikan masalah tersebut, terutama menekan impor garam.
“Bagaimana langkah konkrit KKP untuk meningkatkan garam nasional agar impor dapat berkurang, strategi apa yang akan dijalankan,” tutup Sudin.(Sumber)