News  

Oknum Aparat Intimidasi Jurnalis Usai Beritakan Peresmian Jalan Bermasalah di Labuan Bajo Oleh Jokowi

Sejumlah jurnalis Floresa.co, sebuah media lokal asal Flores, Nusa Tenggara Timur mendapat intimidasi dari aparat TNI setelah memberitakan tentang peresmian jalan Labuan Bajo – Golo Mori oleh Presiden Joko Widodo, yang lahannya diambil dari warga tanpa pemberian ganti rugi.

Berita bertajuk Presiden Jokowi Resmikan Jalan di Labuan Bajo yang Dibangun Tanpa Ganti Rugi untuk Warga diterbitkan pada 14 Maret kemarin, sementara intimidasi yang diduga berasal dari aparat intel Kodim Manggarai itu terjadi pada 15 Maret.

Jurnalis Floresa yang dihubungi Suara.com dari Jakarta bercerita bahwa intimidasi itu dilakukan lewat telepon oleh dua orang yang mengaku sebagai aparat TNI dari Kodim Manggarai. Mereka berkali-kali menelepon dan mengirim pesan via WhatsApp kepada jurnalis Floresa.

Aparat TNI tersebut menelepon dan mengajak jurnalis Floresa untuk bertemu dan “ngopi bersama”.

“Dalam pembicaraan itu, dia langsung menyebut nama dan daerah asal jurnalis Floresa, serta mengatakan ‘mau ketemu’ karena ‘mau cari teman-teman baru. Kalau ada informasi, bagi-bagi kita. Kita ngopi-ngopi bersama’,” terang wartawan Floresa, menirukan ajakan dari aparat tersebut.

Berikut adalah kronologi upaya intimidasi yang diterima jurnalis Floresa:

1. Pukul 16.16 Wita, seorang jurnalis Floresa (A) menerima telepon via WhatsApp dari sebuah nomor baru. Saat diangkat, penelepon memperkenalkan diri sebagai anggota TNI bernama Ardo dari Kodim Manggarai. Dalam pembicaraan itu, dia langsung menyebut nama dan daerah asal jurnalis Floresa, serta mengatakan “mau ketemu” karena “mau cari teman-teman baru.” “Kalau ada informasi bagi-bagi kita. Kita ngopi-ngopi bersama.”

Ketika jurnalis Floresa mengatakan sedang berada di Labuan Bajo, ia mengatakan ia ikut melakukan pengamanan saat kunjungan Presiden Jokowi pada 14 Maret 2023.

“Coba kalau tahu kemarin itu, kita ngopi-ngopi di Bajo,” katanya. Setelah itu, dia mengatakan, “mungkin mengganggu,” lalu mau menutup telepon.

Sebelum menutup telepon dia memastikan nama jurnalis Floresa. Dia juga meminta supaya nomor kontaknya disimpan dengan nama Ardo. Ketika jurnalis Floresa mengecek nomornya lewat aplikasi Getcontact, tertulis di sana “Intel TNI Serda Ardo.” Ia menelepon kembali pada pukul 16.21, namun tidak diangkat oleh jurnalis Floresa.

2. Pada pukul 16.18 Wita, seorang jurnalis Floresa lainnya (B) mendapat pesan sapaan dari nomor lain melalui aplikasi WhatsApp. Jurnalis Floresa ini tidak membalasnya. Antara pukul 16.32 sampai 16.36, nomor tersebut kemudian melakukan panggilan suara sebanyak lima kali, dan tidak sempat direspons.

3. Nomor yang sama kemudian menghubungi jurnalis Floresa lainnya [C] pada pukul 16.38 Wita melalui aplikasi WhatsApp. Namun, tidak sempat direspons.

4. Pada waktu yang hampir bersamaan pada pukul 16.38 Wita nomor yang sama itu kembali menghubungi jurnalis Floresa (A). Dia memperkenalkan diri dari Kodim Manggarai. Dia bertanya apakah benar jurnalis A yang menulis berita kunjungan presiden Jokowi di Floresa.

Jurnalis A menjawab, iya. Setelah itu dia menanyakan alamat kantor Floresa “supaya bertemu untuk koordinasi.” Jurnalis A merespons dengan mengatakan, “Soal berita kunjungan presiden itu, nanti saya sampaikan ke pemimpin redaksi dan tim redaksi Floresa.” Jurnalis A kemudian menanyai alasan koordinasi terkait berita tersebut dan apa yang salah dari berita tersebut, namun tidak dijawab. Kemudian, jurnalis A memintanya mematikan telepon.

5. Setelah telepon itu, ia mengirim pesan lewat WhatsApp kepada jurnalis A dan kembali meminta “nomor redaksi Floresa,” sambil meneruskan tautan berita “Presiden Jokowi Resmikan Jalan di Labuan Bajo yang Dibangun Tanpa Ganti Rugi untuk Warga.”

Dalam pesannya, ia mengajak jurnalis Floresa bertemu di Starbucks, Labuan Bajo, yang sekali lagi, katanya “untuk koordinasi” terkait berita itu. Namun, jurnalis Floresa tidak meladeninya dan memintanya untuk menyampaikan saja secara langsung jika ada yang dipersoalkan dengan berita itu.

6. Pada pukul 17.14 Wita, seorang jurnalis dari media lain di Labuan Bajo menelepon jurnalis A, namun tidak diangkat. Jurnalis itu kemudian menelepon lagi pada pukul 17.23 Wita. Telepon berlangsung selama 5 menit, meminta jurnalis A untuk bertemu dengan orang ia sebut sebagai intel TNI.

Jurnalis itu mengatakan, intel TNI itu sudah menelepon dirinya, meminta jadi penghubung untuk mempertemukan jurnalis A dengan intel tersebut. Ia mengatakan, intel itu mengajak jurnalis A bertemu karena atasannya meminta dia untuk mencari tahu, siapa nama jurnalis yang menulis berita Presiden Jokowi Resmikan Jalan di Labuan Bajo yang Dibangun Tanpa Ganti Rugi untuk Warga. Jurnalis Floresa tetap memilih tidak mau mengikuti ajakan itu.

Floresa mengatakan bahwa berita tentang peresmian jalan bermasalah oleh Jokowi di Labuan Bajo itu merupakan produk jurnalistik yang mewartakan isu pengabaian hak warga untuk mendapat ganti rugi dalam proyek itu.

“Kami menilai bahwa upaya dari dua intel itu adalah bentuk intimidasi dan merupakan gangguan serius atas kerja jurnalistik yang kami jalankan,” tegas Floresa dalam siaran persnya.

Adapun jalan yang diresmikan Presiden Jokowi di Labuan Bajo itu adalah akses menuju Golo Mori. Jalan itu dibangun untuk mendukung ASEAN Summit 2023 yang rencananya akan digelar di daerah tersebut pada Mei mendatang. {sumber}