Tekno  

47% Media Digital di Indonesia Berisi Hoaks dan Penipuan, 27% Ujaran Kebencian

Deputi Bidang Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi, mengatakan bahwa masyarakat Indonesia masih memiliki PR besar dalam pemanfaatan internet.

Di Asia Tenggara, Indonesia menurut dia adalah negara dengan pengguna internet terbesar. Sayangnya hal ini tidak diikuti dengan kesiapan masyarakat untuk memanfaatkan internet yang memadai.

Mengutip data survei Microsoft bertajuk Digital Civility Index (DCI), Didik bahkan mengatakan bahwa keadaban digital masyarakat Indonesia merupakan yang terburuk di Asia Tenggara pada 2021.

Hal itu dapat dilihat dari penggunaan media digital justru paling banyak digunakan untuk menyebarkan hoaks atau berita bohong dan penipuan.

“47 persen keadaban digital kita itu untuk hoaks dan penipuan. Kemudian 27 persen untuk ujaran kebencian, dan 13 persen untuk diskriminasi. Bisa dibayangkan dunia maya kita ini isinya seperti itu,” kata Didik Suhardi dalam acara Cybertalk: Gotong Royong Ilmu untuk Revolusi Mental di Era Siber yang diadakan oleh Social Research Center (SOREC) UGM, dikutip dari keterangan tertulis pada Senin (3/4).

Sementara itu, Ketua Pandi Institute, Yudho Giri Sucahyo, mengatakan bahwa kondisi itu saat ini semakin riskan. Pasalnya, saat ini Indonesia semakin mendekati tahun politik pada 2024 mendatang.

Menurutnya akan banyak ujaran dan berita yang tentu dapat memengaruhi opini masyarakat terhadap isu tertentu.
Jika hal ini tidak diantisipasi secara matang sejak awal, menurut Yudho hal ini memiliki potensi yang sangat besar untuk mengancam persatuan nasional.

“Salah satu riset sudah membuktikan bahwa negara ini merupakan netizen paling kurang ajar sedunia. Pertanyaannya, apakah hal itu mau kita benahi atau kita lestarikan?” ujarnya.

Rektor UGM, Ova Emilia, mengatakan bahwa adanya kemudahan dan kebebasan di ruang digital memang telah menimbulkan perilaku dan kebiasaan baru. Jika dinilai dari segi kecepatan informasi dan komunikasi, digitalisasi memang memiliki banyak manfaat.

Tapi di sisi lain, ada banyak kebiasaan-kebiasaan yang menurutnya justru menghilangkan kedekatan batin dan hubungan antarmanusia.

“Hal inilah yang harus diperkuat agar perilaku masyarakat di ruang digital juga dapat dibenahi di kemudian hari,” kata Ova Emilia.(Sumber)