Tekno  

Bak Sampah Digital Bawa 3 Siswa SMP Islam Al Azhar 13 Surabaya Raih Award di Ajang Internasional

Tiga siswa SMP di Surabaya menorehkan prestasi gemilang di ajang International Creativity and Innovation Award 2023 ICIA 2023, Gold Award dan spesial award: The Promosing Invention Award.

Ajang ICIA 2023 ini diikuti perwakilan dari beberapa negara di antaranya Malaysia, Singapura, Bangladesh, hingga Thailand. Dan tahun ini diselenggarakan di Surabaya.

Ketiga siswa tersebut berasal dari SMP Islam Al Azhar 13 Surabaya. Mereka mendapatkan dua award sekaligus. Ketiga siswa tersebut yakni Sultan Flambo Albana, Evan Abhaya Bisma, dan Muhammad Rezvan Chauzar. Ketiganya mengikuti ajang kategori Digital Innovation Challenge.

Berawal dari tekad mengurangi sampah yang ada di lingkungan sekolah, mereka membuat karya inovasi yang diberi nama Trash Points atau point sampah.

“Alhamdulillah murid memiliki bakat maupun keterampilan yang bisa meningkatkan skill dan prestasi di ajang international. Yang kami bangga selama proses, mereka mempersiapkan secara mandiri, dari ide dan rancangan hingga membuat beberapa coding, mencari bahan dan merakit instal software hingga jadi prototipe, dilakukan oleh mereka secara mandiri. Proses secara mandiri inilah yang sangat kami hargai,“ ujar Syifa Al Huda, Kepala SMP Islam Al Azhar 13 Surabaya, Jumat (12/5).

Salah siswa, Sultan Flambo Albana, mengatakan sampah plastik selalu memberikan berbagai masalah di seluruh dunia, mulai dari banjir, hingga kerusakan ekosistem.

“Mencermati data yang kami kumpulkan dari yayasan bhakti lingkungan, 3 penyebab utama yang mempengaruhi masalah tersebut adalah kebiasaan buruk atau kurangnya kesadaran masyarakat, tempat sampah yang meluap, dan sampah yang tercampur. Kami ingin memberikan solusi. Alat sederhana, namun akan memberi dampak besar bagi masyarakat,” jelasnya.

Dikatakan siswa yang kerap disapa Ambo ini, Trash Points adalah bak sampah digital sebagai salah satu alternatif dalam membangun budaya cerdas membuang sampah yang mana program ini ditujukan untuk fokus agar siswa atau remaja lebih sadar akan kelestarian lingkungan.

“Siswa membuang sampah pada tempatnya, siswa mendapatkan reward. Ide sederhana benar. Tapi pikirkan tentang ini! Apa yang biasanya membuat seseorang bersemangat dalam melakukan sesuatu? Hadiah,” tukasnya.

Evan Abhaya menambahkan, hadiah dapat menambah semangat siswa untuk berlomba-lomba membuang sampah pada tempatnya. Seiring berjalannya waktu, mereka akan melakukan rutinitas yang sama berulang-ulang hingga hal itu menjadi kebiasaan yang akan dibawa hingga dewasa. Mereka akan memahami pentingnya pengelolaan sampah sekaligus mendapatkan reward darinya.

“Trash Points ini menggunakan kartu pelajar yang di scan di bak sampah dan terhubung dengan server data pengelolaan sampah. Melalui data tersebut sampah plastik akan terdeteksi dengan sensor berat yang akan dikalkulasikan dengan point, misal berat 20 gram sampah plastik akan mendapat 10 point. Point-point ini akan masuk ke dalam penilaian, nilai pembelajaran di sekolah mereka dan hasil point tertinggi akan dinobatkan sebagai duta lingkungan sekolah,” paparnya.

Evan berharap, dengan adanya prototipe Trash Point ini bisa dikembangkan dan disempurnakan sehingga memberi manfaat kepada banyak orang.

“Kami senang meraih dua award salah satunya medali emas. Saat ini pengembangan sekolah kami menggunakan ID Card karena ponsel dilarang di sekolah. Jadi Trash Point ini bisa dikembangkan di sekolah-sekolah lainnya yang bergabung dengan komunitas kita,” tukasnya.(Sumber)