News  

Mafia Tramadol dan Nama Baik Aceh

Sabtu sore, 26 Agustus 2023, saya mendapat informasi dari salah seorang saudara di Mon Kelayu, Bireuen.

Kalau ada salah satu warga Aceh yg merantau ke Jakarta ditemukan meninggal dengan luka parah di badan.

Sembari melampirkan surat laporan polisi dan surat penerimaan mayat yang ditanda-tangani oleh Said Sulaiman dan 2 video penyiksaan yang masuk katagori sadis dan kejam.

Menyaksikan video ini, saya tertegun dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi?

Sehingga seorang oknum TNI dari kesatuan paling elit yang mengawal Presiden RI bisa melakukan tindakan sekejam ini di luar batas-batas kemanusiaan sampai korbannya harus kehilangan nyawa dalam usia yang masih begitu muda?

Apa yang ‘dosa’ Imam Masykur lakukan sehingga dia harus dihabisi dengan cara sekejam ini?

Adakah dendam pribadi dari Praka Riswandi Manik yang begitu hebat?

Adakah masalah asmara diantara keduanya? atau masalah hutang piutang? sehingga dia begitu marah?

Sebagai seorang Advokat yang sudah beracara lebih dari 20 tahun di Jakarta dan pernah menjadi Anggota Komisi Hukum DPR-RI, saya menangkap hal lain dari kasus ini.

Ini bukan soal wanita dan bukan juga soal hutang piutang, tapi ada masalah lain yang lebih hebat, saya mencium ada kejahatan di balik kasus ini.

Beberapa tahun terakhir ini saya banyak mendapat laporan banyak anak Aceh yang merantau ke Jakarta di manfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menjadi agen penjualan obat terlarang jenis Tramadol.

Tramadol adalah obat keras yang masuk dalam daftar jenis G dalam golongan opioid yang menyebabkan kehilangan rasa nyeri.

Obat ini tidak boleh digunakan selain menggunakan resep dokter.

Artinya obat ini masuk obat keras jenis Narkotika yang sangat berbahaya.

Obat ini diedarkan secara multilevel marketing di kalangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat luas.

Hal ini diperkuat dengan banyak pemberitaan soal penangkapan perantau Aceh yang terbilang baru merantau dan rata-rata muda dan lugu di wilayah hukum Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan terakhir kasus di Subang, Jawa Barat

Banyak anak-anak ini tergoda untuk terjun ke bisnis haram ini karena jepitan ekonomi di Ibukota.

Mereka tidak punya pilihan selain tunduk terhadap ‘mafia’ Tramadol ini.

Seorang sahabat dekat saya yang hari ini masih berada di Komisi III DPR-RI dari Dapil Aceh bercerita cara mafia-mafia ini bekerja.

Selain merekrut anak-anak Aceh yang lugu yang sedang luntang lantung di Jakarta.

Mereka juga merekrut oknum-oknum TNI/Polri untuk menjadi backing sebagai penekan dan penjaga terhadap anak-anak yang bekerja di lapangan.

Kalau ada anak-anak di lapangan yang nakal, oknum-oknum inilah yang menjadi penekan agar mereka tidak berani main-main dengan ‘mafia’ besar Tramadol.

Kalau ada yang berani menipu atau tidak setor pasti langsung di intimidasi melalui tangan-tangan oknum, bahkan ditangkap dan dianiaya.

Menurut informasi dari kawan Komisi III ini juga bos-bos ‘mafia’ Tramadol ini mencoba menjalin hubungan ke sana kemari.

Bhkan ada yang mencoba terjun ke politik dalam pemilu 2024, menujukan sikap sosial sebagai pencitraan.

Mereka ingin mencitrakan diri sebagai tokoh baik layaknya ‘Robin Hood’ padahal merekalah yang menyebabkan kekacauan dan kerusakan ini terjadi.

Mengingat cerita di atas saya langsung berpikir apakah hubungan relasi antara Praka Riswandi Manik dan Imam Masykur ada hubungannya dengan kisah di atas?

Apakah Imam Masykur terjebak dengan kejamnya Ibukota sehingga terseret dalam lingkaran setan ini?

Sehingga dia disiksa dengan begitu kejam, foto dan videonya sengaja dikirim ke keluarga sebagai cara pressure ala-ala mafia Mexico.

Kemudian diedarkan oleh pelaku sendiri agar ada efek kejut ke anak-anak lain yang di lapangan?

Tujuannya agar yang lain tidak berani macam-macam.

Wallahualam bissawab, hanya Allah yang tahu dan hari ini pelaku sudah ditahan oleh Polisi Militer Kodam Jaya dan mereka sedang bekerja serius atas perintah Panglima TNI.

Biarlah kita berikan kesempatan kepada aparat hukum untuk bekerja mengungkap apa yang sebenarnya yang terjadi terhadap kasus yang mendapat perhatian dari kita semua masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat Aceh khususnya.

Karena pada akhirnya kebenaran akan muncul dan kebatilan akan hancur.

Kita hanya berharap sebagai negara hukum semua kejahatan ini bisa ditumpas siapapun pelakunya dan dihukum seberat-beratnya.

Wahai para ‘mafia’ sadarlah, hidup hanya sesaat.

Sebagai orang Islam yang beriman kita harus sadar ada pembalasan Allah Azza Wa Jalla yang begitu hebat pada hari penghakiman kelak.

Oleh: Sayed Muhammad Muliady, S.H

PENULIS adalah Advokat dan Anggota Komisi III DPR RI periode 2009-2014

(Sumber)