Petualangan Sherina 2: Tentang Realita Hidup dan Mimpi Generasi Milenial

Kamis, 28 September 2023 saya menonton Petualangan Sherina 2 di bioskop kota tempat tinggal saya. Film dibuka dengan sebuah rutinitas yang tentunya akrab dengan generasi milenial.

Bangun pagi, berolahraga, mencoba mengatur kewarasan dalam diri dan mencoba ceria di hari Senin. Mengatur kewarasan di hari Senin itu penting supaya kita tidak berubah menjadi hewan buas di depan teman sejawat karena biasanya di hari Minggu kita masih disibukkan dengan hal-hal lain.

Bisa jadi hari Minggu kita tidak bisa beristirahat karena kita harus mencuci baju, menyetrika baju, membereskan rumah bahkan yang sudah berkeluarga bisa saja anaknya mengajak pergi ke taman bermain. Kita tidak bisa istirahat bukan?

Sebetulnya yang cukup menggelitik bagi saya adalah “memangnya masih ada yang bersemangat bekerja di hari Senin pagi seperti Sherina? Bisa bernyanyi dan berdendang dengan riang gembira di kantor?” Ah, atau mungkin hanya saya dan sebagian orang yang kurang bersemangat di hari Senin pagi.

Sherina dewasa masih seperti Sherina kecil yang penuh ambisi dan semangat. Segala hal masih ingin Ia coba termasuk dia masih ingin mengejar liputan ke Davos yang berakhir dengan kekecewaan kepada atasannya karena dia malah dikirim ke Kalimantan. Suatu tempat yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya.

Sherina bahkan menyempatkan pulang ke rumah orang tuanya untuk curhat. Dia bahkan melontarkan kata-kata ingin berhenti saja yang tentu saja akrab dengan kita para generasi milenial.

Kita tentu saja menginginkan tempat bekerja yang nyaman, yang menghargai kita, yang mengizinkan kita untuk menjadi diri sendiri. Namun tentu saja orang tua Sherina berusaha memberikan insight supaya anak mereka satu-satunya tidak menyerah begitu saja dan berangkat ke Kalimantan.

Apakah orang tua anda pernah melakukan itu? Orang tua saya pernah. Orang tua saya bukan tipe yang akan membela anaknya atau membiarkan anaknya keluar begitu saja istilahnya they never let me to quit the game dan memberikan insight bahwa saya bisa melakukannya ketika saya lelah entah dengan pekerjaan atau dengan hidup yang dirasa semakin berat.

Sesampainya di Kalimantan, Sherina bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya Sadam yang pernah bersamanya hingga SMA. Pasti di antara kita pernah punya sahabat yang dulu sangat dekat namun terpisah karena sesuatu hal, Sherina dan Sadam pun demikian.

Diceritakan Sadam yang dulu anak mami tumbuh menjadi seorang dewasa yang pemberani dan penuh tanggung jawab. Jangan bilang kalian tidak pernah mengalami transformasi itu sebab saya yakin kita semua pernah mengalami transformasi tersebut.

Singkat cerita Sherina dan Sadam kembali dihadapkan pada penjahat. Kalau dulu mereka terkurung di Bosscha, saat dewasa mereka kembali terkurung namun di gudang tua. Sherina dan Sadam seperti membawa kita kepada nostalgia saat kita menonton mereka 23 tahun yang lalu.

Bagaimana mereka kembali membuka hati satu sama lain tentang yang terjadi selama mereka berpisah, menyatukan pemikiran dan taktik supaya mereka bisa keluar dari gudang. Jujur saja kita sebagai manusia biasanya berpikir lebih cerdas saat kita terperangkap dalam sebuah situasi yang rumit.

Sampai di sini saya yakin keinginan untuk berpetualang seakan muncul dari dalam diri kita namun banyak hal yang menjadi penghalang seperti ketika kita menjadi generasi sandwich yang memaksa kita bekerja tanpa henti guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang masih belum mandiri.

Atau bisa juga karena kita tidak mendapatkan izin cuti dari kantor di mana kantor bertanya “Cuti untuk apa?” Ah, terkadang kan kita ingin tidur saja di rumah tanpa melakukan apa pun, apakah tidak boleh? Harus dengan alasan. Lagi dan lagi kita tidak punya kuasa atas kesenangan diri kita sendiri.

Kembali kepada Sherina yang sempat berhasil mendapatkan Sayu, anak orang utan yang diculik untuk dibawa kepada Syailendra atas permintaan istrinya Ratih Icih-Icih. Alih-alih membawa pulang Sayu, Sherina justru ingin melihat wajah penjahat yang ingin menculik Sayu. Dari sini justru mereka kehilangan Sayu. Pertengkaran antara Sherina dan Sadam tidak bisa dihindari.

Sadam menyalahkan Sherina atas keegoisan dan sikapnya yang gegabah serta ingin tahu yang justru menyebabkan mereka kehilangan Sayu. Tak mau disalahkan, Sherina justru menyalahkan Sadam yang dinilai lambat dalam bergerak dan memutuskan sesuatu. Sadam berkilah bahwa Ia lebih tahu tentang situasi di hutan Kalimantan dan penanganan saat terjadi hal-hal seperti ini.

Sebagai makhluk sosial, tentu saja kita pernah mengalami konflik dengan teman kerja maupun pasangan kita. Hal ini tidak bisa kita hindari yang menjadi perbedaan adalah bagaimana cara kita menghadapi konflik. Kita tidak bisa lari dari masalah namun kita harus menyelesaikannya sampai tuntas.

Sherina dan Sadam bertemu kembali dalam sebuah pesta yang mana awalnya Aryo yang akan berangkat namun kita tahu bahwa pak comblang yang satu ini tentu mengetahui bahwa Sherina dan Sadam sempat ada konflik dan mungkin saja Ia yang meminta Sadam untuk menemani Sherina ke pesta.

Oh, alasan lain tentu saja Sadam mempunyai tanggung jawab pada OuKal dan harus membawa Sayu kembali pulang ke pelukan ibunya. Sherina dan Sadam bekerja sama untuk meringkus penjahat kolektor hewan-hewan langka yang dilindungi. Sherina yang menggunakan gaun mungkin sedikit kesulitan saat harus mempraktikkan jurus-jurus beladirinya.

Kembali lagi kepada urusan pekerjaan tentu saja akan lebih mudah dan cepat selesai bila kita bekerja sama dengan teman-teman sejawat kita namun tentu saja menyatukan dua, tiga bahkan lima kepala itu hal yang tidak mudah. Perlu tenggang rasa dan mengesampingkan ego masing-masing supaya bisa tercapai tujuan bersama.

Di akhir film kita diberi sedikit suguhan manis tentang Sherina dan Sadam yang saya asumsikan mereka sudah melangkah ke jenjang yang lebih serius. Kalau di awal film mereka masih sebagai sahabat lama, di akhir film bisa dilihat Sadam memberikan kecupan di kening Sherina yang menandakan hubungan mereka sudah lebih dari sekedar sahabat.

Di awal pertemuan Sherina sempat bertanya apakah Sadam sudah menikah? Ya, pertanyaan klise yang sebetulnya dibenci oleh generasi milenial. Pertanyaan basa-basi yang bahkan menurut saya sangat basi karena kadang mengundang simpati padahal dari sudut pandang saya sebagai wanita yang belum menikah tidak perlu dikasihani.

Namun Sadam bisa menjawab dengan baik, berharap Sherina juga sama sepertinya yang belum menikah.
Bila kita ingin menonton Petualangan Sherina 2 hanya untuk bersenang-senang, percayalah kalian melewatkan banyak pelajaran yang berharga dalam hidup.(Sumber)