Ferdiansyah Desak Pemda Mendata Para Pelaku UMKM di Platform Digital

Perputaran uang sektor e-commerce di Kabupaten Garut diperkirakan mencapai Rp0,92 triliun. Perputaran uang tersebut ditunjang oleh sekitar 317 ribu orang dari 2 juta warga Garut yang menjadi pengguna e-commerce.

Demikian dikatakan Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah, di sela-sela diskusi Baparekraf Digital Entrepreneurship Kabupaten Garut, yang diselenggarakan di Aula Hotel Harmoni, Jalan Cipanas Baru, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Minggu (8/10/2023).

Ferdiansyah meyakini, jika pertumbuhan ekonomi masyarakat Garut akan berkembang jika uang yang berputar tersebut dapat diserap daerah. Jangan sampai, ungkapnya, perputaran uang yang besar ini malah lari ke luar.

“Sebab jika dimanfaatkan, artinya uang sebesar itu bisa diserap di Garut, bisa berdampak positif yang cukup besar untuk masyarakat, pembangunan, dan lain sebagainya,” ujarnya.

Ferdiansyah pun mendesak pemerintah untuk melakukan pendataan terhadap sektor e-commerce, khususnya para pelaku UMKM yang memanfaatkan platform digital dalam memasarkan setiap produknya.

Pihaknya juga meminta Disparbud Garut dan Dinas Indag di Garut untuk mendata mana saja para pelaku UMKM di Garut apa saja bentuk produknya, yang memang benar-benar menggunakan e-commerce sebagai sarana penjualan.

“Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kebijakan yang nantinya akan meminimalkan uang lari ke luar Garut dari perputaran tadi,” katanya.

Ferdiansyah menyebutkan, bahwa data pelaku UMKM itu juga akan bermanfaat bagi siapa saja, termasuk para investor yang ingin berinvestasi di Garut. Jangan sampai, lanjutnya, orang datang ke Garut yang ingin berbisnis bingung mau kerja sama dengan siapa karena tidak punya datanya.

“Nilai uang sebanyak Rp0,92 triliun itu merupakan jumlah yang besar, hampir setara seperempat APBD Kabupaten Garut tahun 2023, yakni Rp4,6 triliun,” tutur Anggota DPR RI dari Dapil Jabar XI yang melingkupi Kabupaten Garut dan Kabupaten/Kota Tasikmalaya itu.

Ferdiansyah menuturkan, Kabupaten Garut memiliki berbagai macam produk unggulan mulai dari kuliner, kerajinan, pakaian, hingga sektor pariwisata terbaik di Jawa Barat.

Menurutnya, Garut sudah punya daya tarik sendiri, terkenal di antaranya dodol, punya set menu lokal Garut, tagline Garut atau jargon untuk pariwisata, lagu theme song pesona Garut.

“Jadi Kenapa ini kita jadikan sebuah destinasi yang dikemas digitalisasi menjadi daya tarik wisatawan, tidak lain karena untuk menarik wisatawan datang ke Garut, untuk mengeluarkan uang di Garut,” katanya.

Selain soal data pelaku UMKM yang memanfaatkan platform digital, politisi Partai Golkar ini juga meminta agar perlindungan dan layanan bagi konsumen e-commerce diperhatikan.

“Saya juga meminta agar apa yang dibeli merugikan. Misal ada beberapa seperti barang tidak sesuai, kurang tepat waktu, retur kadang-kadang tidak diinformasikan. Kita harap konsumen dan warga Garut terlindungi,” ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Riwud Mujirahayu, menyebutkan jika sektor ekonomi kreatif (ekraf) terus menggeliat dan secara perlahan telah menjadi core ekonomi di Indonesia.

“Presiden Joko Widodo bahkan dalam sambutannya dalam World Conference on Creative Economy (WCCE) 2022 di Bali, menyatakan Indonesia akan mengambil peran terdepan dalam membangun ekonomi kreatif yang inklusif dan berkelanjutan. Diharapkan sektor ekonomi kreatif akan menjadi tulang punggung ekonomi nasional,” katanya.

Menurut Riwud, pada 2022 ekonomi kreatif berkontribusi terhadap PDB sebesar Rp1.134,9 triliun, dengan nilai ekspor sebesar USD 27 miliar. Kemudian ekspor ekonomi kreatif berkontribusi sebesar 9,25 persen terhadap ekspor nasional. “Jadi secara keseluruhan nilai ekspor mengalami kenaikan sebesar 13,22 persen,” ujarnya.

Riwud juga mengatakan, bahwa Garut memiliki potensi ekonomi yang sangat lengkap, mulai dari produk fesyen, musik, seni rupa, hingga pertunjukan yang tak kalah dari Bandung sebagai salah satu kota besar Indonesia.

Ia menilai, bahwa potensi ini bisa disinergikan dengan sektor pariwisata di Garut. “Sehingga memberikan nilai tambah bagi wisatawan yang pada akhirnya menjadi pariwisata berkualitas,” katanya.

Berdasarkan pantauan, diskusi yang digelar di Ballroom Hotel Harmoni Garut itu setidaknya dihadiri oleh para pelaku UMKM, akademisi, unsur masyarakat hingga instansi terkait Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut. {sumber}